MAKNA YATIM DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU)

Fadil Muttaqin Wicaksono, NIM.: 20105030089 (2024) MAKNA YATIM DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (MAKNA YATIM DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU))
20105030089_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (MAKNA YATIM DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU))
20105030089_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Al-Qur’an menggunakan kata yatim dan derivasinya dalam menyebut anak yatim. Jika dicari lebih lanjut, maka akan ditemukan tiga kata di dalam Al-Qur’an yang menunjukan makna anak yatim, yaitu kata yatim, yatimain, dan al-yatama. Kata tersebut berasal dari kata dasar yatima yang artinya kesendirian, lelah, lemah, lesu, lamban, menurun dan ketidakmampuan. Kemudian makna tersebut berkembang menjadi seorang anak yang telah ditinggal mati oleh bapaknya sebelum mencapai usia dewasa atau baligh. Namun seiring berkembangnya zaman, muncul istilah baru yaitu piatu yang sering dipahami sebagai seorang anak yang telah ditinggal oleh ibunya sebelum mencapai usia dewasa atau baligh. Kedua konsep tersebut sering dihubungkan satu sama lain, sehingga menjadi yatim piatu. Dengan demikian, apakah benar kata yatim dalam Al-Qur’an tersebut hanya bermakna untuk seorang anak yang telah ditinggal mati oleh bapaknya saja, sehingga harus memunculkan istilah baru untuk menyebut seorang anak yang telah ditinggal oleh ibunya? Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yang menggunakan metode analisis semantik Toshihiko Izutsu. Semantik merupakan sebuah teori bantu untuk mengungkapkan makna asli atau makna sesungguhnya yang dikehedaki oleh Al-Qur’an. Menurut padangan Toshihiko Izutsu, semantik merupakan analisis terhadap suatu bahasa dengan melihat istilah-istilah kunci dari bahasa tersebut dengan maksud dapat tercapainya konseptual pandangan dunia (Weltanschauung) dari orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut. Adapun penerapan semantik Toshihiko Izutsu terhadap pencarian makna yatim ini ialah pertama, menentukan makna dasar dan makna relasional. Kedua, menentukan makna sinkronik dan makan diakronik. Hasil dari penelitian ini adalah, bahwa makna dasar dari kata yatim ialah kesendirian, lelah, lemah, lesu, lamban, menurun dan ketidakmampuan. Makna relasional kata yatim ialah berhubungan dengan harta, unsur kebaikan, celaan dan nikah (untuk analisis sintagmatik), dan juga berhubungan dengan kata fard, d}{a‘if, ibnu, ibnat, walad, gulam, s{abiyy, t{ifl, uns\a, nisa’, z|akar dan s{alih (untuk analisis paradigmatik). Untuk makna sinkronik kata yatim ialah kembali pada pemaknaan relasional dan periode Qur’anik, sedangkan untuk makna diakronik kata yatim ialah bermakna seorang anak yang telah ditinggal mati oleh bapaknya (pada periode pra Qur’anik dan Qur’anik) dan juga bisa bermakna untuk seorang anak yang telah ditinggal mati oleh ibunya (pada periode pasca Qur’anik).

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information / Supervisor: Pembimbing: Nafisatul Mu’Awwanah, M.A.
Uncontrolled Keywords: Yatim, Semantik, Toshihiko Izutsu
Subjects: 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Muh Khabib, SIP.
Date Deposited: 14 Nov 2024 10:12
Last Modified: 14 Nov 2024 10:12
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/68612

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum