PEMAHAMAN HADIS TENTANG LARANGAN BERDEBAT (STUDI MA’ANIL HADIS)

Dhuta Prasetya, NIM.: 20105050030 (2024) PEMAHAMAN HADIS TENTANG LARANGAN BERDEBAT (STUDI MA’ANIL HADIS). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (PEMAHAMAN HADIS TENTANG LARANGAN BERDEBAT (STUDI MA’ANIL HADIS)) 20105050030_BAB I-DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (2MB) | Preview
	Text (PEMAHAMAN HADIS TENTANG LARANGAN BERDEBAT (STUDI MA’ANIL HADIS)) 20105050030_BAB II SAMPE SEBELUM BAB TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (4MB) | Request a copy

Abstract

Debat seringkali dikonotasikan negatif oleh sebagian besar oleh umat Islam, dikarenakan adanya hadis-hadis yang melarang debat secara mutlak. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan nash al-Qur’an yang mengatakan debat itu diperbolehkan selama dengan cara yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hadis larangan berdebat serta kontekstualisasinya di era sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan studi pustaka (library research). Untuk memahami hadis larangan berdebat menggunakan teori pemahaman hadis Syuhudi Ismail dengan melihat bentuk matan, melihat sebab terjadinya hadis, menganalisa peran dan fungsi nabi, dan menganalisa hadis yang tampak bertentangan. Terkait tiga hadis larangan berdebat yang dipilih, dapat dipahami bahwa salah satu hadis yang dipilih termasuk dalam kategori hadis dhaif, sementara yang lainnya termasuk dalam kategori hadis hasan. Lafaz “jadal” dalam hadis adalah debat yang tercela menurut Asbāb al-Wurūd Makro yang mengarah pada bagaimana perbantahan orang kafir pada masa lalu. Lafaz “mira’a” dalam hadis adalah debat yang tidak sehat, seperti menggunakan kata-kata kasar, kekerasan fisik, berdebat tanpa ilmu dan lain-lain. Dengan demikian, nabi tidak sepenuhnya melarang berdebat tetapi harus menggunakan cara-cara yang baik.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item