STRATEGI KOPING BERBASIS KEAGAMAAN PADA INDIVIDU DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN MENTAL: STUDI KASUS DI PUSAT REHABILITASI DAN NAPZA AL ISLAMY KALIBAWANG KULON PROGO

Irmayanti, NIM.: 22200012039 (2024) STRATEGI KOPING BERBASIS KEAGAMAAN PADA INDIVIDU DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN MENTAL: STUDI KASUS DI PUSAT REHABILITASI DAN NAPZA AL ISLAMY KALIBAWANG KULON PROGO. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (STRATEGI KOPING BERBASIS KEAGAMAAN PADA INDIVIDU DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN MENTAL: STUDI KASUS DI PUSAT REHABILITASI DAN NAPZA AL ISLAMY KALIBAWANG KULON PROGO) 22200012039_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (5MB) | Preview
	Text (STRATEGI KOPING BERBASIS KEAGAMAAN PADA INDIVIDU DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN MENTAL: STUDI KASUS DI PUSAT REHABILITASI DAN NAPZA AL ISLAMY KALIBAWANG KULON PROGO) 22200012039_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Prevalensi gangguan mental meningkat secara global termasuk di Indonesia. Berbagai strategi koping telah dikembangkan. Pendekatan medis dan psikologis juga diyakini dapat memulihkan namun dirasa masih tidak cukup memadai. Dalam konteks ini, agama berperan penting dalam proses pemulihan. Penelitian ini bertujuan menyelidiki penerapan strategi koping berbasis agama dan pengaruh keyakinan agama terhadap cara individu mengatasi stres, serta peran yayasan dalam mendukung pemulihan melalui aspek keagamaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pondok Pesantren Al-Islamy menjadi kancah penelitian dengan total delapan informan, 4 informan yakni pasien yang mendapatkan layanan koping keagamaan dan 4 informan lainnya dari pihak yayasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik keagamaan yang diterapkan oleh yayasan, ialah sholat berjamaah, dzikir, tausiyah, dan mengaji. Praktik tersebut berkontribusi signifikan dalam mendukung penyembuhan pasien. Aktivitas ini berdampak positif pada kesejahteraan mental dan spiritual pasien, membantu mereka pulih lebih cepat. Meskipun durasi pengobatan umumnya enam bulan, keputusan kepulangan pasien didasarkan pada kondisi medis, mental, dan spiritual, serta persetujuan keluarga. Pendekatan fleksibel yayasan menyesuaikan perawatan sesuai kebutuhan individu, dan ibadah rutin mempercepat pemulihan psikologis serta emosional pasien.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item