Tsania Khoirunnisa, NIM.: 21105030072 (2024) AULIA DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (AULIA DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU)
21105030072_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview |
|
|
Text (AULIA DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU)
21105030072_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy |
Abstract
Kata aulia merupakan salah satu istilah yang melekat dengan umat muslim. Aulia memiliki arti wali atau orang suci. Dalam Al-Qur’an aulia berarti pelindung, penolong, kerabat, sekutu, sahabat, dan lain sebagainya. Kata aulia tersebar dalam Al-Qur’an sebanyak 42 kali. Karena ragamnya makna tersebut dibutuhkan penelitian yang membahas bagaimana makna yang sebenarnya, perkembangan makna, dan pemaknaan khalayak umum mengenai kata tersebut. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif yang menggunakan analisis deskriptif dalam pengambilan data atau dikenal sebagai studi kepustakaan (library research). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan makna dasar dan makna relasional dari kata aulia dalam Al-Qur’an, dengan begitu akan diketahui bagaimana pemaknaan kata yang berada di sekitar kata aulia (analisis sintagmatik). Selain itu, diperlukan juga usaha untuk mengetahui bagaimana pemkembangan pemaknaan kata aulia (analisis diakronik), dan weltanschauung atau pandangan yang dikenal oleh khalayak umum mengenai makna kata aulia. Karenanya, untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan analisis semantik perspektif Toshihiko Izutsu. Karena semantik Al-Qur’an yang digagas oleh Toshihiko Izutsu dinilai akan efektik untuk berbicara mengenai permasalahan-permasalahan yang di dapatkan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan: 1). Term aulia memiliki makna dasar yang beragam yakni: pelindung, penolong, dan teman dekat. Makna-makna tersebut mengalami berbagai perubahan ketika kata aulia berada dalam suatu sistem tertentu. Seperti: makna Tuhan sebagai unsur tertinggi dalam pemaknaannya, wali, pelindung atau orang yang dapat melindungi dan menolong dalam hal agama. 2). Pemaknaan kata aulia mengalami perubahan apabila dilihat dari analisis diakronik Toshihiko Izutsu. Pada periode pra-Qur’anik istilah aulia belum digunakan oleh para penyair Arab Jahiliyah. Namun, mereka telah mengenal dan menggunakan kata wali dan maula sebagai istilah untuk menunjukkan tuan atau orang yang berkuasa. Pada periode Qur’anik kata aulia muncul dengan pemaknaan tertinggi ditujukan kepada Allah swt. Pada periode pasca Qur’anik pemaknaan kata aulia mengalami perkembangan. Pada periode tafsir klasik dan pertengahan kata aulia dimaknai sebagai sekutu dan pelindung dalam hal agama. Maka, ketika aulia merujuk kepada orang kafir, orang beriman sangat dilarang untuk menjadikannya teman. Lain halnya dengan penafsiran pada masa kontemporer yang telah lebih luwes dalam menyikapi ayat-ayat aulia. 3). Weltanschauung Al-Qur’an dalam kata aulia berada dalam relasi antara Allah swt dan hamba-Nya. Setiap pemaknaannya ditujukan kepada Allah swt. Pemaknaan tersebut tertulis baik dalam unsur ketuhanan yang tertanam dalam pemaknaan sifat-sifat Allah maupun ditujukan kepada musuh-musuh Allah swt. Seperti orang-orang kafir, setan, orang Yahudi, dan orang Nashrani.
| Item Type: | Thesis (Skripsi) |
|---|---|
| Additional Information / Supervisor: | Prof. Dr. Muhammad, M.Ag |
| Uncontrolled Keywords: | Ayat Aulia, Semantik, Toshihiko Izutsu |
| Subjects: | 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.122 Quran, Al-Qur'an, Alquran |
| Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1) |
| Depositing User: | Muh Khabib, SIP. |
| Date Deposited: | 16 Jan 2025 11:08 |
| Last Modified: | 16 Jan 2025 11:08 |
| URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69393 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
![]() |
View Item |
