PRAKTEK PELAKSANAAN MAHAR DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS BONE DALAM PERSPEKTIF TOKOH ADAT DAN HUKUM ISLAM

Nufiah Anwar, NIM.: 03360204/02 (2006) PRAKTEK PELAKSANAAN MAHAR DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS BONE DALAM PERSPEKTIF TOKOH ADAT DAN HUKUM ISLAM. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PRAKTEK PELAKSANAAN MAHAR DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS BONE DALAM PERSPEKTIF TOKOH ADAT DAN HUKUM ISLAM)
03360204-02_BAB I_V_DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PRAKTEK PELAKSANAAN MAHAR DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS BONE DALAM PERSPEKTIF TOKOH ADAT DAN HUKUM ISLAM)
03360204-02_BAB II_BAB III_BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB) | Request a copy

Abstract

Skripsi ini berkenaan dengan studi Fikih Munakahat atau hukum Islam dan hukum adat. Masalah pokok yang dimunculkan adalah bagaimana tinjauan hukum Islam dan pandangan tokoh Adat Bugis Bone mengenai praktek pelaksanaan sompa (mahar) dalam masyarakat Bugis Bone. Sompa (mahar) disini diartikan sebagai pemberian wajib yang diberikan oleh pihak mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai tanda persetujuan dan kerelaan dari mereka untuk hidup sebagai suami istri. Adapun besar kecilnya mahar seorang wanita didasarkan pada tingkat status sosial masing-masing wanita dalam masyarakat, yaitu sompa 80 rella' (real) untuk keturunan bangsawan, sompa 60 rel/a' (real) untuk status sosial menengah dan sompa 40 rella' (real) untuk keturunan orang biasa. Penyebutan mahar dalam akad nikah menggunakan mata uang dan bahasa Arab, sebagai bentuk penghargaan terhadap bangsa Arab yang telah menyebarkan agama Islam di Bone. Masalah ini dibahas dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder yang berkenaan dengan penelitian ini. Sebagaimana diketahui bahwa konsep perkawinan yang dianut oleh masyarakat Bugis Bone merupakan sebuah perpaduan antara konsep hukum adat Bugis dan hukum Islam . Hal ini terbukti pada praktek pelaksanaan mahar dalam adat perkawinan mereka. Disatu sisi , mengikuti prinsip hukum Islam yang sarat adat Arab, sedangkan disisi yang lain, mereka masih memegang dan mengikuti prinsip adat dalam konsep sistem panngadereng yaitu adanya penggunaan simbol dalam penyebutan mahar dengan berdasar pada tingkat tinggi rendahnya strata sosial mempelai wanita dalam masyarakat. Sehingga kondisi yang demikian, membawa kepada kesan kontroversi antara ucapan dan wujud mahar dalam prinsip dan teknik perkawinan secara normatif. Meskipun hal demikian tidak mempengaruhi eksistensi dari sahnya suatu perkawinan menurut hukum Islam, namun untuk menghindari terjf1dinya kerancuan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kontroversi mahar tersebut, seperti terjadinya kebingungan, kekeliruan dalam memahami kontrover1d tersebut, bahkan sampai pada tahapan kebohongan publik, maka sebaiknya sompa dalam adat perkawinan masyarakat Bugis Bone diucapkan sesuai dengan wujud mahar yang telah disepakati karena mahar, dalam Islam yang penting mempunyai manfaat, tidak terdapat unsur tipuan serta jelas jenis dan jumlahnya tanpa harus menggunakan symbol stratafikasi sosial, Karena dalam Islam, semua amnesia mempunyai kedudukan yang sama dihadapan Tuhan yang membedakan mereka hanyalah pada tingkatan keimanan dan ketakwaannya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information / Supervisor: Drs. M. Sodik, S.Sos, M.Si
Uncontrolled Keywords: mahar; hukum adat; Bugis Bone; perkawinan
Subjects: 300 Ilmu Sosial > 300 Ilmu-Ilmu Sosial > 306.959 865 21 Kehidupan Sosial dan Adat istidat
300 Ilmu Sosial > 340 Ilmu Hukum > 346.01 Hukum Keluarga - Hukum Pernikahan
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1)
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 26 Feb 2025 10:58
Last Modified: 26 Feb 2025 10:58
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70357

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum