Geri Septian, NIM.: 21105050023 (2025) HADIS LARANGAN SYAIR: ANALISIS HERMENEUTIS NASHR HAMID ABU ZAYD. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (HADIS LARANGAN SYAIR: ANALISIS HERMENEUTIS NASHR HAMID ABU ZAYD)
21105050023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (4MB) | Preview |
|
![]() |
Text (HADIS LARANGAN SYAIR: ANALISIS HERMENEUTIS NASHR HAMID ABU ZAYD)
21105050023_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (6MB) | Request a copy |
Abstract
Syair dalam kebudayaan Arab mencapai puncak peradabannya, didukung oleh seperangkat tradisi seperti pasar sastra dan budaya lisan yang sangat kuat. Di dalam posisi yang puncak dalam peradaban, muncul hadis yang melarang syair, dengan menggunakan metafor yang begitu sarkas. Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai hadis tersebut. Sebagian mengatakan bahwa seluruh syair dilarang, sementara yang lain mengatakan bahwa hukumnya bersifat temporal. Namun, praktik syair masih terjadi sampai sekarang, bahkan di kalangan ulama. Melihat hadis ini kembali justru menarik apalagi dengan kacamata yang berbeda, yang berkemungkinan menghasilkan satu pemahaman baru dan -di sisi lain- hadis memiliki relevansi dengan masa sekarang. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; 1) bagaimana pemahaman hadis larangan syair dianalisis melalui kacamata hermeneutika Nashr; 2) bagaimana relevansi hadis larangan syair terhadap fenomena kontemporer. Penelitian ini menitikberatkan pada pemahaman yang relevan terhadap teks suci (hadis) dan hermeneutika Nashr cocok untuk menganalisis teks tersebut dan kebutuhan akan pemahaman yang relevan dengan konteks masa kini. Hermeneutika Nashr memandang bahwa teks, bukanlah pesan utama, melainkan pijakan dasar untuk menentukan makna relevan yang bersifat universal. Dalam proses mencari pemahaman teks, Nashr menentukan metodenya, seperti menentukan makna original (original meaning), makna historis, dan signifikansi serta maskut ‘anhu teks suci. Didukung dengan literatur lain, seperti al-Quran, hadis setema, kitab sejarah sastra Arab, dan buku serta artikel penunjang lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analisis. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu; 1) dalam pengaplikasian hermeneutika Nashr terhadap hadis larangan syair didapatkan bahwa makna tekstual dan historis teks tersebut adalah larangan menciptakan syair yang berpotensi merusak moral dan menyimpang dari nilai-nilai Islam, karena ada perilaku penyair yang terlalu sibuk dengan menggubah syair sehingga melalaikan dari perintah Allāh dan banyak syair yang digubah bertentangan dengan ajaran Islam. Signifikansi dari hadis tersebut adalah upaya Nabi melalui pelarangan tersebut menegakkan etika berbahasa, sebagai bentuk antitesa terhadap perilaku penyair Jahiliah yang sering menggunakan syair untuk mengaburkan kebenaran realitas dan jauh dari kata moralitas yang berindikasi pada Maskūt ‘Anhu nya, yaitu larangan manipulasi bahasa. 2) hoaks memiliki relevansi dengan hadis larangan syair karena memiliki kesamaan dalam ilat-ilat historis, yaitu praktik manipulasi bahasa yang berpotensi besar merusak tatanan moral dan mengaburkan realitas. Dengan memadukan dengan teks lain, etika berbahasa, melalui tindak tutur yang jujur dan penuh sopan santun, maka hoaks dapat dihilangkan, setidaknya diredam. Hal ini agar tercipta realitas kebenaran sebagai kebenaran, tanpa ada upaya untuk mengaburkan sekat yang sudah mapan.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information / Supervisor: | Prof. Dr. Nurun Najwah, M.Ag. |
Uncontrolled Keywords: | ;hermeneutika; Nashr Hamid; etika berbahasa; hoaks. |
Subjects: | 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.21 Ilmu Hadis |
Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Hadis (S1) |
Depositing User: | Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id] |
Date Deposited: | 05 May 2025 14:07 |
Last Modified: | 05 May 2025 14:07 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70959 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
![]() |
View Item |