Reno Yulianda, NIM.: 23205031032 (2025) PUISI JALALUDDIN RUMI ATAS PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUFISTIK QS. ADZ-DZARIYAT [51]: 22 DAN QS. AL-MULK [67]: 2 (ANALISIS HERMENEUTIKA). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (PUISI JALALUDDIN RUMI ATAS PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUFISTIK QS. ADZ-DZARIYAT [51]: 22 DAN QS. AL-MULK [67]: 2 (ANALISIS HERMENEUTIKA))
23205031032_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (11MB) | Preview |
|
|
Text (PUISI JALALUDDIN RUMI ATAS PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUFISTIK QS. ADZ-DZARIYAT [51]: 22 DAN QS. AL-MULK [67]: 2 (ANALISIS HERMENEUTIKA))
23205031032_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (13MB) | Request a copy |
Abstract
Tafsir isyari lebih menekankan pada makna batin dan sering kali dianggap mengabaikan makna lahiriah dari teks suci al-Qur'an. Hal ini bisa menyebabkan hasil penafsiran yang tidak teratur dan berpotensi keluar dari pemahaman religius. Termasuk pemikiran Jalaluddin Rumi seorang sufi memiliki pendekatan sufisme yang unik, berbeda dari para sufi lain semasanya. Dalam sufisme Rumi, terdapat nuansa khas diekspresikan melalui puisi dengan padat makna dalam menafsirkan ayat suci al-Qur’an. Namun, usaha Rumi dalam menafsirkan teks suci al-Qur’an tidak diterima dengan baik di kalangan Muslim, bahkan mereka masih berusaha memperdebatkannya. Seperti ketika Rumi menafsirkan QS. Adz-Dzariyat [51]: 22 “sebab-sebab datangnya rezeki” dengan konsep "jamuan rahasia atau jamuan rohani" dan QS. Al-Mulk [67]: 2 menganggap “kematian atau ujian” sebagai "rahmat Tuhan." Penjelasan ini dapat dianggap menyimpang dari pemahaman tradisional yang lebih konvensional. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor apa yang melatarbelakangi serta bagaimana korelari puisi Jalaluddin Rumi terhadap kedua ayat tersebut, sehingga bisa digunakan sebagai validitas dan otoritas tafsir yang tidak sejalan dengan pandangan para mufassir lainnya. Penelitian ini dikategorikan kajian kepustakaan (library research) yang sumber primernya diambil dari buku Sharh e Jaame’ e Masnavi e Ma’navi dan sebagai data pendukungnya diambil dari berbagai karya ilmia terdahulu. Di antaranya: artikel, jurnal, buku, dan lainnya. Data yang sudah terkumpul akan dikelompokkan, sehingga informasi yang diterima menjadi komprehensif. Dilanjutkan dengan analisis data penulis menerapkan teori hermeneutika Hans-Georg Gadamer dijadikan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Adapun penerapan teori Hans-Georg Gadamer berfungsi menjawab permasalahan yang penulis ajukan pada penelitian ini yaitu faktor apa yang melatarbelakangi serta menjelaskan bagaimana adanya korelasi hasil dari proses integrasi antara horizon pemahaman Jalaluddin Rumi dan horizon teks asli yang terjadi pada proses penafsiran, dan bisa digunakan sebagai indikator keabsahan dan otoritas atas penafsiran ayat-ayat sufistik QS. Adz-Dzariyat [51]: 22 dan QS. Al- Mulk [67]: 2. Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa faktor yang melatarbelakangi puisi Jalaluddin Rumi atas penafsiran QS. Adz-Dzariyat [51]: 22 dan QS. Al-Mulk [67]: 2 yaitu melalui ajaran taswufnya cenderung mengajarkan kepada pensucian diri dan latihan-latihan rohani yang disajikan dalam bentuk syair. Rumi sebagai penyair terkenal dan seorang sufi tidak mengabaikan makna asli, namun lebih cenderung memahami makna yang tersembunyi dari sebuah teks ayat suci al-Qur’an. Melalui pra-pemahaman Jalaluddin Rumi pada QS. Adz-Dzariyat [51]: 22 dan QS. Al- Mulk [67]: 2 terdapat korelasi yang amat penting, dari pemikiran Rumi dan ayat tersebut menyampaikan gagasan bahwa rezeki dan janji Tuhan baik suka maupun duka, merupakan bagian dari rencana Tuhan untuk membimbing umat-Nya kepada ketaatan. Terkait keabsahan puisi Jalaluddin Rumi atas penafsiran ayat-ayat sufistik QS. Adz-Dzariyat [51]: 22 dan QS. Al-Mulk [67]: 2, dapat dipastikan benar. Sebab, Rumi masih tetap mempertahankan makna asli dari kedua ayat itu. Rumi dalam puisinya hanya menggambarkan rezeki tidak selamanya berbentuk fisik seperti harta benda atau lain sebagainya. Rezeki juga bisa berupa jamuan rahasia atau jamuan rohani yaitu sesuatu yang tidak bisa dilihat dari mana sumbernya, tetapi sangat dibutuhkan oleh jiwa manusia untuk memperdalam jalan spiritual kepada Tuhan. Begitu juga dengan hari kematian, musibah, dan penderitaan. Rumi memandangnya sebagai “rahmat Tuhan.” Sebab, kesadaran manusia muncul untuk taat dan beramal shaleh kepada Allah, ketika ditimpa musibah. Kesadaran inilah nantinya mendatangkan rahmat Tuhan
| Item Type: | Thesis (Masters) |
|---|---|
| Additional Information / Supervisor: | Dr. Muhammad Taufik, S. Ag., M.A |
| Uncontrolled Keywords: | Puisi Jalaluddin Rumi, Ayat-Ayat Sufistik, Hermeneutika |
| Subjects: | 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir |
| Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur'an dan Tafsir (S2) |
| Depositing User: | Muh Khabib, SIP. |
| Date Deposited: | 20 Jun 2025 10:36 |
| Last Modified: | 20 Jun 2025 10:36 |
| URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/71370 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
![]() |
View Item |
