PEMETAAN TAFSIR ISRA’ILIYYAT PERSPEKTIF HADI MA’RIFAH DALAM KITAB AL-TAFSIR WA AL-MUFASSIRUN FI TSAUBIHI AL-QASYIB

Mochammad Hasanudin, NIM.: 21105030098 (2025) PEMETAAN TAFSIR ISRA’ILIYYAT PERSPEKTIF HADI MA’RIFAH DALAM KITAB AL-TAFSIR WA AL-MUFASSIRUN FI TSAUBIHI AL-QASYIB. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (PEMETAAN TAFSIR ISRĀ’ĪLIYYĀT PERSPEKTIF HADI MA’RIFAH DALAM KITAB AL-TAFSĪR WA AL-MUFASSIRŪN FĪ TSAUBIHI AL-QASYĪB) 21105030098_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (2MB) | Preview
	Text (PEMETAAN TAFSIR ISRĀ’ĪLIYYĀT PERSPEKTIF HADI MA’RIFAH DALAM KITAB AL-TAFSĪR WA AL-MUFASSIRŪN FĪ TSAUBIHI AL-QASYĪB) 21105030098_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Diantara cabang kajian dalam studi al-Qur’an adalah wacana Isrā’īliyyāt yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir. Isra’iliyyat sendiri merupakan cerita-cerita yang berasal dari tradisi Yahudi dan Kristen yang masuk ke dalam literatur tafsir al-Qur’an. Sebagai kumpulan narasi dari tradisi Yahudi dan Kristen, Isrā’īliyyāt telah mewarnai tafsir al-Qur’an sejak masa awal Islam. Meskipun sering digunakan untuk memperjelas ayat-ayat kisah, keberadaannya menimbulkan perdebatan terutama ketika kandungannya bertentangan dengan prinsip akidah atau tidak memiliki dasar yang kuat dalam al-Qur’an. Hadi Ma'rifah sebagai seorang ulama Syi'ah kontemporer dengan kitabnya al-Tafsīr wa al-Mufassirūn fī Tsaubihi al-Qasyīb memberikan analisis kritis terhadap Isrā’īliyyāt, khususnya dalam konteks polemik dengan karya Husain ad-Dzahabi. Dengan menggunakan pendekatan yang mencakup analisis isi (content analysis) serta teknik deskriptif-analitis terhadap bentuk, sumber, dan validitas kisah-kisah Isrā’īliyyāt, peneliti menemukan dua persoalan utama yang menjadi perhatian dalam mengkaji serta menelaah karya Hadi Ma’rifah al-Tafsīr wa al-Mufassirūn fī Tsaubihi al-Qasyīb, yakni pertama, bagaimana beliau mengkategorikan tafsir Isrā’īliyyāt serta sejauh mana pendekatannya sejalan atau berbeda dengan tradisi tafsir Sunni, dan kedua, bagaimana kriteria penilaian beliau terhadap validitas tafsir Isrā’īliyyāt dalam konteks tafsir al-Qur’an. Dari hasil analisis serta telaah terkait Pemetaan Tafsir Isrā’īliyyāt dalam al-Tafsīr wa al-Mufassirūn fī Tsaubihi al-Qasyīb, Hadi Maʿrifah mengklasifikasikan Isrā’īliyyāt ke dalam tiga kategori sebagaimana para mufassir sebelumnya yakni, maqbul, mardud dan mutaraddid. Selain itu, ia juga membedakan berdasarkan bentuk transmisinya, baik secara lisan maupun melalui naskah tertulis dari Ahlul Kitab. Ia tidak menolak Isrā’īliyyāt secara mutlak, melainkan menyaringnya berdasarkan validitas sanad serta kesesuaian dengan prinsip akidah dan syariat Islam. Meskipun berasal dari mazhab Syiʿah, Hādī Maʿrifah justru banyak merujuk ulama Sunni seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, dan ad-Dzahabī. Pendekatan ini membuktikan bahwa pemikiran Syiʿah dapat bersinergi dengan tradisi tafsir Sunni dalam menjaga otentisitas teks, sekaligus menepis asumsi eksklusivitas mazhab. Pada dasarnya penilaian Hādī Maʿrifah terhadap Isrā’īliyyāt bersifat afirmatif, merepresentasikan kesinambungan dan perpanjangan dari tradisi tafsir Sunni dengan modifikasi minor. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya irisan metodologis antara ulama Sunni khsusunya al-Dzahabi, bahkan dalam menyantumkan contoh-contoh kisah Isrā’īliyyāt, Hadi Ma’rifah hampir secara keseluruhan banyak kesamaan dengan kitab al-Isrā’īliyyāt wa al-Mawḍū‘āt fī Kutub al-Tafsīr karya Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah. Kontribusi utama Hādī Maʿrifah terletak pada upayanya menjembatani dua mazhab besar dengan prinsip tafsir yang selektif, objektif, dan ilmiah, serta memperkuat kritik terhadap Isrā’īliyyāt dalam konteks tafsir kontemporer.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item