REPRESENTASI HALAL DAN NEGOSIASI KESALEHAN PADA ANGGOTA MAJELIS TAFSIR AL -QUR’AN (MTA)

Atifa Zahra Asmaul Husna, NIM.: 23200011110 (2025) REPRESENTASI HALAL DAN NEGOSIASI KESALEHAN PADA ANGGOTA MAJELIS TAFSIR AL -QUR’AN (MTA). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (REPRESENTASI HALAL DAN NEGOSIASI KESALEHAN PADA ANGGOTA MAJELIS TAFSIR AL -QUR’AN (MTA)) 23200011110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview
	Text (REPRESENTASI HALAL DAN NEGOSIASI KESALEHAN PADA ANGGOTA MAJELIS TAFSIR AL -QUR’AN (MTA)) 23200011110_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (10MB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini mengkaji representasi halal dan negosiasi kesalehan pada anggota Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di Surakarta. Fokus utama penelitian adalah bagaimana anggota MTA memahami, memaknai, serta mempraktikkan nilai halal dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana kesalehan dinegosiasikan dalam konteks komunitas religius yang ketat terhadap aturan. Pendekatan kualitatif digunakan dengan metode observasi, wawancara, dan analisis dokumen untuk menggali pengalaman personal dan praktik kolektif di lingkungan MTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa halal tidak hanya dipahami sebagai ketentuan hukum agama terkait makanan atau transaksi, tetapi juga sebagai standar moral yang mengatur perilaku sosial, konsumsi media, hingga relasi sosial. Anggota MTA membentuk ekosistem kesalehan melalui pengajian rutin, media dakwah, serta pengawasan sosial antarsesama jamaah. Kesalehan dipraktikkan secara kolektif melalui ketaatan pada ajaran dan arahan pusat, tetapi juga dinegosiasikan dalam kehidupan pribadi, misalnya saat menghadapi kebutuhan kerja, pendidikan, atau interaksi dengan masyarakat luar. Penelitian ini menegaskan bahwa kesalehan anggota MTA bukanlah hasil dari kepatuhan pasif semata, melainkan proses aktif yang melibatkan pilihan, strategi, dan penyesuaian diri. Representasi halal menjadi instrumen penting dalam menjaga batas identitas kelompok sekaligus sarana internalisasi nilai moral. Dengan demikian, penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana komunitas Islam urban membangun praktik keberagamaan sehari-hari yang dinamis, serta membuka ruang refleksi atas interaksi antara otoritas agama, komunitas, dan individu dalam membentuk kesalehan.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item