Izzatul Adilla, NIM.: 21105050060 (2025) HADIS-HADIS TENTANG MENGAMBIL UPAH DARI AKTIVITAS BERBEKAM (Studi Ma’anil Hadis). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (HADIS-HADIS TENTANG MENGAMBIL UPAH DARI AKTIVITAS BERBEKAM (Studi Ma’anil Hadis))
21105050060_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview |
|
|
Text (HADIS-HADIS TENTANG MENGAMBIL UPAH DARI AKTIVITAS BERBEKAM (Studi Ma’anil Hadis))
21105050060_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (4MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini berangkat dari adanya perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai kebolehan mengambil upah dari aktivitas berbekam. Hal tersebut dijelaskan dalam dua hadis yang tampak bertentangan yaitu, hadis riwyat Abu Daud nomor 3.424 yang membolehkan pemberian upah kepada tukang bekam, sedangkan hadis riwayat Musnad Ahmad nomor 16.808 mengategorikan upah tersebut sebagai pendapatan yang buruk (khabĩś). Perbedaan ini menimbulkan persoalan dalam pemaknaan hadis yang memerlukan pendekatan kontekstual agar dapat ditemukan titik temu di antara keduanya. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori Ma’anil Hadis yang dikembangkan oleh Yusuf al-Qardhawi untuk menggali makna sustansi dari hadis-hadis, serta menelaah implementasinya dalam praktik pengbatan tradisional, khususnya di Rumah Terapi Bekam dan Akupuntur Gus Am. Fokus penelitian diarahkan untuk menjawab dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana pemahaman hadis-hadis tentang pengambilan upah dari hasil bekam menurut teori Yusuf al-Qardhawi?. Kedua, bagaimana kontekstualisasi hadis tentang mengambil upah dari aktivitas berbekam di Rumah Terapi Bekam dan Akupuntur Gus Am?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka (library research) dari beberapa literatur berupa kitab-kitab, buku, artikel, dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis teks hadis, wawancara dengan praktisi, serta observasi langsung terhadap pelaksanaan layanan terapi. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemaknaan terhadap upah bekam dapat diselaraskan secara kontekstual. Hadis yang membolehkan pemberian upah memiliki kekuatan sanad yang kuat dan didukung oleh praktik Rasulullah SAW, sedangkan hadis yang menganggap upah bekam sebagai khabĩś lebih dipahami sebagai bentuk kekhawatiran terhadap potensi penyalahgunaan dalam praktik bekam seperti menggunakan alat-alat yang di haramkan oleh syariat. Praktik di Rumah Terapi Gus Am memperlihatkan bahwa pengambilan upah dilakukan melalui sistem hibah maupun kesepakatan nominal yang sesuai dengan prinsip syariat. Kemudian, dari hadis-hadis tentang pengambilan upah dari aktivitas berbekam tetap relevan untuk diterapkan pada masa kini, apabila dipahami dengan pendekatan maqãşid al-syarĩ’ah dan prinsip-prinsip syariat Islam seperti keadilan, kerelaan dan transparansi. Kata kunci: hadis, upah beka, Yusuf al-Qardhawi, pengobatan tradisional
| Item Type: | Thesis (Skripsi) |
|---|---|
| Additional Information / Supervisor: | Dadi Nurhaedi, S.Ag.M.Si |
| Uncontrolled Keywords: | hadis, upah beka, Yusuf al-Qardhawi, pengobatan tradisional. |
| Subjects: | 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.21 Ilmu Hadis |
| Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Hadis (S1) |
| Depositing User: | S.Sos Sofwan Sofwan |
| Date Deposited: | 12 Nov 2025 09:05 |
| Last Modified: | 12 Nov 2025 09:05 |
| URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/74362 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
![]() |
View Item |
