RELIGI KERATON YOGYAKARTA (studi atas fungsi sosial ritual garebeg sawal di kesultanan keraton yogtakarta)

IWAN ARFAN SHOFWAN, NIM. 97522473 (2003) RELIGI KERATON YOGYAKARTA (studi atas fungsi sosial ritual garebeg sawal di kesultanan keraton yogtakarta). Skripsi thesis, PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text
BAB I. V.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text
BAB II. III. IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Skripsi yang penulis susun ini berusaha mengkaji fenomena sosial khusus civil religion khas Yogyakarta. Yaitu dengan mendeskripsikan salah satu bentuk ritual yang dimiliki Kesultanan Keraton Yogyakarta. Civil religion sebagai sebuah bentuk pemahaman diri keagamaan (religius self-understandings yang berwujud dalam sekumpulan keyakinan, simbol, dan ritual yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral, dimiliki oleh setiap kelompok sosial masyarakat, Kesultanan Keraton Yogyakarta sebagai sebuah kelompok sosial masyarakat, yang secara admini~ merupakan bagian wilayah propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, juga mefuiliki' gejala serupa civil religion di atas. Dalam hal ini Keraton Yogyakarta memiliki simbol-simbol dan berbagai ritual sebagai perwujudan dan nilai yang dimilikinya. Simbol-simbol dan ritual tersebut mendapatkan pengaruh dari sistem kepercayaan (agama) yang hidup di hngkunpn·KeratolJt~Yogyakarta. Dari simbol-sirnbol dan ritual y~n~ di~ili~inya itulah. ~ dapat tpelihat perwujudan nilai sentral y~ng selama rru menjadi acuan kebidupan Kesultanan Keraton Yogyakarta Karena itu, Keraton Yogyakarta dalam hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah agama (religi), bisa disebut sebagai "agama Keraton Yogyakarta", \_ ., ..- Ritual yang penulis angkat dalam skripsi ini adalah ritual Garebeg S?iwal. Sebagai salah satu bentuk ritual "agama Keraton Yogyakarta", Garebeg Sawal memuat makna dan nilai yang selama ini dibangun Kesultanan Keraton Yogyakarta. Dengan menggunakan pendekatan sosiolo i n sianal dengan kerangka konseptual civil religion, Robert N. Bellah, serta deng~n pengamatan terlibat, interview, dan dokumenu . sebagai alat pengumpulan dats.-serra analisisdeskriftif dihasilkan bahwa irih dari pelaksanaan ritual Gareheg Sawal adalah digiringnya, atau diusungnya (di-ginarebeg) hajad dalem Sultan dalam rupa Gunungan Kakung beserta pandhereknya menuju kompleks Masjid Agung, dengan melewati bagian­ bagian penting halaman keraton, seperti Bangsal Kencana, Bangsal Srimanganti, Kemandhungan, Sitihinggil, Pagelaran, dan Alun-alun Utara. Sedangkan rnengenai makna penyelenggaraannya adalah ditegaskannya kembali konsep Manunggaling Xa_wiil<i'Ian Gusti yang selama ini menjadi dasar sistem sosial dan sistem pemerintahan Kesultanan Keraton Yogyakarta. Inti dari Manunggaling Kawula Ian Gusti sendiri adalah adanya harmonisasi antara makrokosmos (jagad gede) dengan mikrokosmos (jagad cilik). Dalam konteks kehidupan Kesultanan Keraton Yogyakarta, hal itu berarti adanya keharmonisan antara Sultan dengan rakyatnya, antara seluruh elemen Kesultanan Keraton Yogyakarta, antara manusia dengan alamnya, termasuk juga adanya keharmonisan antara mahluk dengan Tuhannya Ingkang Murbeng Dumadi. Ditegaskannya kembali Manunggaling Kawula Ian Gusti berarti juga menegaskan Sangkan Paraning Dumadi setiap individu. Karena dengan Sangkan Paraning Dumadi-lah Manunggaling Kawula Ian Gusti di atas akan terwujud menjadi sesuatu yang nyata. Dengan Sangkan Paraning Dumadi, setiap individu dituntut untuk mengerti dan memahami dari mana dia berasal, dan bagaimana posisi dan kedudukanya. Setelah mengerti hal tersebut, maka akan mengerti bagaimana dia harus bersikap dan bertindak. Sebagai mahluk Tuhan hendaknya dia bersikap baik pada Tuhannya, sebagai bagian dari alam semesta, manusia dituntut berbuat baik terhadap sekitamya, dan sebagai rakyat hendaknya setia dan honnat pada Sultannya sebagai penguasa. Dengan demikian Manunggaling Kawula Ian Gusti dapat dilaksanakan. Dengan terwujudnya Manunggaling Kawula Ian Gusti tersebut semuanya berharap menemukan kehidupan yang lebih sejahtera. Dan hal tersebutlah yang merupakan tujuan diadakannya Garebeg sawal, yaitu mengharap keselamatan dan kesejahteraan bagi raja (Sultan), kerajaan (negara), serta rakyatnya . Sementara itu, sebagai bentuk civil religion, lenomen~/.Garebeg Sawal selain memiliki fungsi dalam menjaga keterikatan (kohesrLm!!syafakatnya, juga berperan dalam memperkuat keberadaan (melegitimasi) institusi -Kesuitanan Keraton Yogyakarta, Garebeg Sawal menjadi sangat kohesif, karena metaIui ritual tersebut selunih kepribadian -dan iiiterpretaSi kepercayaan selUIuh e emen masyara at pefidukungKeraton Yogyakarfu 'dipedukan. Yaitu disatukan d.cifamsatu konsepsi 'dim satu kepentingan Manunggaling Kawula lan Gusti. Peran legitimasi sendiri ada dari pemaknaan mitis dan sakral terhadap ritual tersebut. Pemaknaan mitis tersehut juga Iahir dari penegasan Manunggaling Kawula Ian Gust; di atas. Dengan Manunggaling Kawula Ian Gustrtersebut Keraton Yogyakarta sebagai sumber nilai dipertegas kembali, dan Sultan sebagai penguasa, sebagai personifikasi nilai, kembali dikukuhkan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: yogyakarta, keraton, ibukota, istimewa, tradisi
Subjects: Perbandingan Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Perbandingan Agama (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 19 Dec 2013 09:03
Last Modified: 04 Aug 2016 14:30
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9708

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum