DIALOG NABI MUSA DENGAN ALLAH DALAM AL-QUR'AN

KUNI MASROKHATI - NIM. 03531301, (2008) DIALOG NABI MUSA DENGAN ALLAH DALAM AL-QUR'AN. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Kisah sebagai salah satu bentuk pemaparan al-Qur'an untuk menjelaskan kandungan maknanya merupakan bagian terbesar dalam al-Qur'an. Karena al-Qur'an tidak lahir dari ruang kosong dan hampa budaya, maka penyampaian pesan dengan metode penceritaan menempati posisi penting. Bentuk pemaparan naratif ini banyak dipakai oleh al-Qur'an untuk menjelaskan doktrin teologisnya, karena dianggap lebih mudah dan membumi dalam usaha penyampaian pesan moral al-Qur'an. Adapun dalam penyajiannya, kisah memiliki berbagai unsur, di antaranya adalah dialog. Unsur dialog digunakan karena signifikansi yang dimilikinya yaitu mampu membangkitkan kehidupan, menggerakkan sebuah peristiwa, sehingga mampu menyingkap emosi pembaca dan mengajak mereka bercermin terhadap kisah tersebut bagi kehidupan yang dialaminya. Selain itu, ketika unsur dialog mendominasi bangunan kisah-kisah al-Qur'an lebih berfungsi sebagai mediator penyampaian doktrin-doktrin keagamaan atau sebaliknya untuk meruntuhkan doktrin-doktrin lain yang bertolak belakang dengan dakwah Islam. Salah satu unsur dialog yang ada dalam kisah-kisah al-Qur'an adalah dialog Nabi Musa dengan Allah. Unsur ini adalah salah satu di antara sekian banyak kisah perjalanan Nabi Mu sa yang diekspos dalam al-Qur'an. Kisah ini memiliki perbedaan dibanding dengan kisah-kisah yang lain, yaitu Nabi Musa dilegitimasikan oleh al-Qur'an berbicara langsung dengan Allah. Selain sebagai pengangkatan menjadi rasul, dialog tersebut dimaksudkan mengajarkan tentang berbagai tuntutan dalam hidup. Di dalamnya terkandung nilai etika yang universal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan ataupun antara manusia dengan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bentuk-bentuk dialog yang digunakan Nabi Musa dengan Allah, alasan Allah berdialog dengan Nabi Musa, serta unsur moral yang terkandung dalam dialog tersebut. Untuk tujuan ini digunakan metode deskriptif-analitis dengan menumpulkan data-datanya dari kitab tafsir dua periode, tafsir klasik dan tafsir modern. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dialog Nabi Musa dengan Allah bersifat timbal balik, yaitu linguistik verbal yakni melalui penggunaan bahasa yang dipahami oleh kedua belah pihak, sedangkan yang kedua bersifat non-verbal, yakni melalui penggunaan amp;#8216;tanda-tanda alam' oleh Allah, isyarat dan gerakan tubuh oleh manusia. Dalam kedua kasus tersebut, pada umumnya inisiatif diambil oleh Allah sendiri, sedangkan dari sisi manusia fenomena tersebut pada dasarnya merupakan persoalan amp;#8216;tanggapan' terhadap inisiatif yang dilakukan oleh Allah. Dalam narasi Nabi Musa mengandung tiga unsur moral yaitu: nilai-nilai religius, nilai-nilai yang berhubungan dengan norma keagamaan; nilai-nilai etik, nilai yang sarat dengan baik dan buruk; dan nilai-nilai sosial-personal, auran-aturan sosialpersonal kemasyarakatan universal. Ketiga unsur moral ini merupakan representasi dari peristiwa amp;#8216;gelombang' sejarah umat manusia. Di dalamnya nampak suatu etik yang membentuk struktur etika tertentu yang berpusat pada ajaran yang terangkum dalam agama serta refleksi sejarah dari ayat-ayat al-Qur'an yang menimbulkan persepsi sosial yang luas. br br

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing I : Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M. Ag. ; Pembimbing II : Drs. Muhammad Yusuf M.Si.
Uncontrolled Keywords: Dialog, Nabi Musa, Allah, Al-Qur'an
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Last Modified: 04 May 2012 23:40
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/991

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum