GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM KAUM MUDA NAHDLATUL ULAMA (NU) DI INDONESIA 1990-2005

AHMAD ALI RIYADI, NIM. 01.300.004 (2006) GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM KAUM MUDA NAHDLATUL ULAMA (NU) DI INDONESIA 1990-2005. Doctoral thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM KAUM MUDA NAHDLATUL ULAMA (NU) DI INDONESIA 1990-2005)
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM KAUM MUDA NAHDLATUL ULAMA (NU) DI INDONESIA 1990-2005)
BAB II, III, IV, V.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (13MB)

Abstract

Disertasi ini membahas gerakan pembaharuan Islam kaum muda Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia 1990-2005. Ada tiga permasalahan pokok yang dibahas dalam kajian ini, pertama, latar belakang historis mengapa kaum muda NU melakukan gerakan pembaharuan Islam. Kedua, langkah-langkah gerakan kaum muda NU dalam melakukan pembaharuan Islam. Ketiga, berbagai tema keislaman yang diperbaharui dalam gerakan pembaharuan Islam kaum muda NU dalam upaya membentuk pemahaman baru bagi umat Islam. Metode yang digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut adalah metode kepustakaan. Metode ini digunakan dengan cara menelusuri kembali arsip-arsip dan dokumen-dokumen, baik dokumen yang bersifat primer maupun sekunder. Metode wawancara juga digunakan untuk mendapatkan data dengan mewawancarai tokoh-tokoh gerakan pembaharu. Wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh muda NU penggerak pembaharuan. Kalangan muda di sini dipahami sebagai kelompok anak muda yang mempunyai umur setengah baya, sekitar umur empat puluh tahun ke bawah. Kelompok kaum muda NU yang diwawancarai pemikirannya di sini adalah mereka yang memiliki kriteria: aktivis NU sebagai bentuk komitmen mereka terhadap NU, memiliki pemikiran yang cenderung liberal diukur dari tradisi pemikiran NU, memiliki karya ilmiah dalam bentuk buku dan artikel, memiliki kecenderungan melontarkan pemikiran-pemikiran dalam bidang sosial keagamaan dan pemikiran mereka dilontarkan dalam era 1990-2005. Berdasarkan criteria ini ada beberapa tokoh yang dihubungi penulis untuk diwawancarai sebagai sampel, di Jakarta seperti Ulil Absar Abdalla, Ahmad Baso, Khamami Zada, dan Zuhairi Misrawi, sedangkan di Yogyakarta seperti Jadul Maula, Imam Aziz dan Hairus Salim. Untuk mengolah data, peneliti menggunakan pendekatan hermeneutik. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis, menafsirkan, memahami teks dan konteks terhadap teks yang ada. Teks dipahami tidak hanya teks tertulis yang dimiliki oleh tokoh-tokoh muda NU pembaharu, akan tetapi juga situasi dan kondisi secara sosiologis politis yang mendorong terjadinya pembaharuan Islam. Kerangka teori yang digunakan dalam disertasi ini adalah teori political process (proses politik) yang dikemukakan oleh Doug McAdam. Konsep ini menekankan pentingnya peran lembaga atau organisasi sebagai gerakan sosial (social movement). Strategi gerakan ini menimbulkan adanya struktur peluang politik (political opportunity structure). Paradigma inidipengaruhi oleh bentuk-bentuk lembaga politik yang berkuasa, perilaku elit yang menjabat, tingkat kontrol sosial dan penindasan terhadap gerakan-gerakan masyarakat, serta terjadi reduksi yang disengaja atau tidak disengaja terhadap kontrol sosial yang diterapkan untuk melawan gerakan. Sebagai akibatnya, model ini memunculkan paradigma ketegangan struktur (structural strain paradigm), yang menjelaskan bahwa adanya ketegangan social yang memusatkan perhatiannya pada interrelasi antara lembaga dalam masyarakat, yakni terjadinya ketegangan struktural. Adanya aksi-aksi gerakan kemasyarakatan yang berlangsung di dalam struktur yang membatasi (cultural framing) dapat memunculkan bentuk tindakan perlawanan dalam struktur yang membelenggu. Tuntutan cultural ini menimbulkan ketegangan lembaga dan peran sosial (social discontext), di mana realitas lembaga lama tidak efektif dalam mewadahi kepentingan masyarakat dan dinamikanya. Ketegangan-ketegangan struktural tersebut kemudian membentuk struktur partisipasi politik kelompok gerakan perubahan di dalam maupun di luar lembaga formal bentukan elit kekuasaan dengan tidak mengandalkan lembaga formal bentukan kekuasaan melainkan lebih pada pembentukan jaringan-jaringan aliansi strategis dengan model paradigm mobilisasi sumber daya manusia (resource mobilization paradigm). Aktivitas dari organisasi ini memobilisasi berbagai macam konstitusi guna mengubah sumber daya yang dibutuhkan. Untuk tercapainya orientasi gerakan diperlukan pengelolaan sumber daya secara rasional yang terlihat dalam organisasi-organisasi gerakan yang membutuhkan organisasi dan pelaku organisasi. Dari penjelasan tersebut, dalam konteks NU, ditemukan munculnya organisasi social bentukan cendekia (generasi muda NU) merupakan organisai yang mengkoordinasikan dan membimbing aksi gerakan dengan menciptakan identitas kolektif dan menggerakkan berbagai sumber atau kekuatan. Eksistensi NU tidak hanya dilihat sebagai organisasi melainkan sebagai komunitas yang dinamik. Dalam konteks ini para cendekia mempunyai peran penting dalam gerakan yang dilakukan oleh para aktivis gerakan, dimana meskipun sebagian dari mereka tidak masuk dalam struktur formal organisasi NU, akan tetapi keberadaan mereka tidak dapat dipisahkan dengan organisai ini. Para aktivis ini masih menggunakan NU sebagai identitas dan latar belakang atau organisasi basis. Para actor yang terlibat dalam struktur formal organisasi NU maupun para aktivis di luar struktur terikat oleh semangat dan komitmen dalam rangka perubahan orientasi NU dalam konteks gerakan social. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk strategi pembaharuan. Pada sisi yang lain, mereka melakukan gerakan kritik (critical movement) sebagai bentuk counter wacana terhadap isu-isu yang berkembang, khususnya wacana yang menyangkut ideologi NU. Dalam hal ini mereka mengangkat isu perlunya dekonstruksi tradisi Islam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi sepanjang sejarah kaitannya dalam konteks Islam Indonesia. Pembacaan tradisi secara kritis merupakan pijakan awal untuk membuka lembaran baru pemikiran Islam tanpa harus menafikan tradisi lama. Berkaitan dengan upaya pembacaan ulang untuk merekonstruksi tradisi, kaum muda NU lebih menitikberatkan pada metode pembacaan tradisi dengan meminjam metodologi berpikir para pemikir liberal dan filsafat kontemporer yang berkembang di Barat, Eropa, jazirah Arab maupun di Indonesia. Sebagai bentuk komitmen mereka terhadap problematika sosial politik, corak dan wacana pemikiran pembaharuan Islam kaum muda NU lebih menekankan kepada persoalan-persoalan riil ketimbang pada persoalan-persoalan teologis. Wacana yang dikembangkan kaum muda Nu telah mengalami pergeseran paradigma, yaitu pergeseran tema yang mengalihkan perhatian pada tafsir agama yang bersifat teologis (teosentrisme) menuju tafsir yang bersifat riil (antroposentrisme). Tema-tema yang diusung lebih menekankan tema-tema tentang Islam sebagai agama lewat penafsiran progresif terhadap problem-problem kemanusiaan kontemporer melalui penelusuran doktrin, sejarah dan kajian kontemporer untuk menemukan makna Islam yang mampu menjawab persoalan kemanusiaan sebagai upaya kontekstualisasi pemahaman agama. Refleksi perubahan tersebut diimplementasikan ke dalam gerakan-gerakan pengembangan masyarakat dengan pendekatan praksis dan teoritis. Pada tataran praksis untuk merealisasikan program dan ide-idenya mereka memanfaatkan lembaga swadaya masyarakat, sedangkan pada tataran teoritis mereka membangun teori-teori alternatif dengan apa yang disebut Islam kritis, Islam emansipatoris, Islam liberal dan Islam progresif.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Promotor : Prof. Dr. H. Machasin, M.A
Uncontrolled Keywords: gerakan pembaharuan islam, nahdlatul ulama
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 11 Nov 2014 09:17
Last Modified: 10 Feb 2016 07:11
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14477

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum