IBN TAYMIYYAH (1262-1328) DAN KARL RAIMUND POPPER (1902-1994): ANALISIS PERBANDINGAN EPISTEMOLOGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM

SUMEDI , NIM. 953046 (2007) IBN TAYMIYYAH (1262-1328) DAN KARL RAIMUND POPPER (1902-1994): ANALISIS PERBANDINGAN EPISTEMOLOGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM. Doctoral thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (IBN TAYMIYYAH (1262-1328) DAN KARL RAIMUND POPPER (1902-1994): ANALISIS PERBANDINGAN EPISTEMOLOGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM)
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (IBN TAYMIYYAH (1262-1328) DAN KARL RAIMUND POPPER (1902-1994): ANALISIS PERBANDINGAN EPISTEMOLOGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM)
BAB II, III, IV, V.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (10MB)

Abstract

Studi berawal dari pertanyaan: mengapa Ibn Taymiyyah menolak logika Aristoteles dan mengapa Karl Raimund Popper menolak induktif padahal fakta menunjukkan bahwa logika Aristoteles telah disepakati banyak pemikir sebagai cara berpikir benar sehingga sampai kepada kesimpulan yang benar pula sedangkan metode induktif sebagaimana dikemukakan oleh Francis Bacon telah membawa kemajuan di bidang sains dan tekhnologi? Apa relevansinya dengan pengembangan pendidikan Islam? Untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, komparatif, heuristik, dan sintesis, serta kerangka teori analisis D.M. Amstrong, yakni nominalisme dan realisme imanen, dan Paul K. Feyerabend, yakni anarkisme. Perbandingan antara pemikiran epistemology Ibn Taymiyyah dan Karl Raimund Popper dapat dilihat dari segi persamaan –persamaannya dan perbedaan-perbedaannya. Persamaan pemikiran kedua tokoh tersebut adalah sama-sama inklusif karena Ibn Taymiyyah berusaha memasukkan logika non-Aristoteles dan Karl Raimund Popper berusaha menawarkan epistemologi yang dapat diaplikasikan untuk dapat mengembangkan ilmu-ilmu kealaman, ilmu-ilmu sosial dan humaniora, termasuk ilmu-ilmu keagamaan. Persamaan lainnya adalah bahwa keduanya anti kemapanan, karena yang pertama beranggapan bahwa ilmu (pengetahuan), sebagai hasil pemahaman manusia terhadap wahyu dan alam, selalu nisbiy (relative) dan berkembang, sedangkan yang kedua beranggapan bahwa pengetahuan ilmiah selalu bersifat tentative dan tidak pernah final atau baku. Perbedaan keduanya terletak pada, pertama, sumber pengetahuan bagi Ibn Taymiyyah tidak hanya tunggal, yakni akal semata (rasional), tetapi juga indera (empirik) dan wahyu (bayani) yang saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Sumber pengetahuan bagi Karl Raimund Popper hanya satu yaitu akal. Kedua, Ibn Taymiyyah lebih terpengaruh oleh agama yang dia anut dari pada Karl Raimund Popper. Konsekuensinya , peran akal menurut Popper lebih tinggi dan lebih bebas dari pada menurut Ibn Taymiyyah. Ketiga, penolakan logika Ibn Taymiyyah terhadap logika Aristoteles adalah karena adanya penngkultusan terhadap logikanya sedangkan penolakan Karl Raimund Popper terhadap logika induktif adalah karena induktif dapat menjurus kepada dogma dan tidak membawa kepada penemuan pengetahuan baru, melainkan hanya pengulangan dalam bentuk lain. Dikaitkan dengan realitas pengembangan pendidikan Islam dan di dunia keilmuan masa sekarang dan akan dating, pemikiran epistemology Ibn Taymiyyah dan Karl Raimund Popper memberikan arah untuk mengoptimalkan peran akal dan indera untuk meneliti maksud substansi wahyu dan mengembangkan pemanfaatan alam semesta. Kritisisme hikmah adalah istilah yang merepresentasikan pemikiran kedua tokoh tersebut. Di dalamnya terkandung empat dimensi, yaitu kritis (khas Barat), teoretis, praktis atau empirik dan ilahiyyah (khas Islam) yang sering didasarkan atas kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Dengan demikian, akal dan indera akan lebih mampu memaknai wahyu dan alam semesta bagi kehidupan manusia secara umum sehingga wahyu dan alam semesta lebih bermakna secara fungsional bagi kehidupan manusia. Implikasi kritisisme hikmah dalam pendidikan Islam adalah perlunya pendidikan Islam yang humanistic (antikekerasan), relativitas keilmuan agama Islam sebagai produk pemikiran manusia, berpikir kritis-analitis, pendekatan empiric dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dan dibarengi dengan spirit moral ilahiyyah yang benar-benar transcendental dan filosofis, terutama dalam pemanfaatan ilmu dan teknologi atau lembaga untuk kemaslahatan hidup umat manusia di dunia dan di akhirat.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Promotor: Prof. Dr. H. Koento Wibisono
Uncontrolled Keywords: IBN TAYMIYYAH, KARL RAIMUND POPPER, EPISTEMOLOGI
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 22 Dec 2014 09:18
Last Modified: 09 Apr 2015 11:47
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15178

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum