MUNIR ABDUL HARIS, NIM. 00230274 (2007) MUHAMMAD DAN KARL MARX TENTANG MASYARAKAT TANPA KELAS. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text
BAB I, IV, DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (6MB) | Preview |
|
Text
BAB II, III.pdf Restricted to Registered users only Download (10MB) |
Abstract
Munir Abdul Haris, Muhammad dan Karl Mark tentang Masyarakat tanpa Ke/as. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah. UIN Sunan Kalijaga, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pemikiran Muhammad dan Karl Marx tentang masyarakat tanpa kelas, dan mengetahui perbedaan pemikiran dari kedua tokoh tersebut terutama dalam sudut pandang epistemologis. Penelitian ini termasuk dalam kategori library-research. Metode yang ditempuh adalah metode deskriptif dengan pola pembahasan deskriptif-analitikkomparatif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiohistoris dan pendekatan hermeneutik. Hasil data yang telah diperoleh baik dari sumber primer maupun sekunder, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode analisis data secara kualitatif dengan menggunakan instrumen analisis deduktif dan interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan ( 1 ). Muhammad membangun masyarakat tanpa kelas melalui konsep tauhid yakni menciptakan keadilan dan kebajikan (al- 'ad/ wa al ahsan). Beliau menekankan pentingnya keadilan, persamaan, dan persaudaraan berdasarkan keimanan (bukan berdasarkan ekonomi) untuk melawan ketimpangan sosial. Dengan ini diharapkan akan terwujud masyarakat yang bebas dari pengelompokan yang berdasarkan etnis, bangsa, bahasa dan kelas (rnasyarakat tanpa kelasc/ass/ess society). Kepedulian, pembelaan, dan perjuangan Muhammad terhadap kaum yang tertindas dari sistem kapitalistikeksploitatif di Makkah Jan Madinah tampak dari penjelasr.nnya tentang sosialisme Islam, tentang kepemilikan bersama, tentang hak-hak tenaga kerja, dan mengenai upah buruh. Sementara itu, pemikiran Karl Marx tentang masyarakat tanpa kelas tampak dari penjelasannya tentang sosialisme, tentang alienasi, tentang kepemilikan atas barang. Ia mendasarkan pengelompokan masyarakat berdasarkan ekonomi (bukan berdasarkan keimanan). (2). Dilihat dari aspek epistemologis, persamaan pemikiran antara Muhammad dan Karl Marx adalah keduanya sama-sama concern pada nasib kaum lemah dengan memperjuangkan emansipasi kaum budak (proletariat). Sama-sama berpikir bahwa kaum lemah tidak boieh diam, melainkan bangkit Melawan dan merubah sistem kapitalisme melalui jihad (menurut Muhammad), dan melalui revolusi (menurut Karl Marx). Perbedaannya: pertama, dilihat dari sumber epistemologisnya pemikiran Muhammad tentang masyarakat tanpa kelas bersumber pada wahyu (al-Qur'an), ijtihad (kekuatan intelektualnya) dalam bentuk hadis. Sedangkan Karl Marx bersumber pada rasional-empiris. Kedua, di lihat dari metodenya, maka metode Muhammad bersifat pra-ilmiah, religius dan teologis. Sedangkan metode Karl Marx bersifat ilmiah dan sosio-ekonomis. (3). Hasil pembacaan terhadap teks sejarah kehidupan Muhammad dan sunahnya, serta pembacaan terhadap teks (karya-karya) Karl Marx yang dilakukan oleh beberapa tokoh Indonesia seperti Haji Agus Salim Haji, Oemar Said Tjokroaminoto, Tan Malaka, Soekarno, dan lain-lainnya mampu mempengaruhi pemikiran serta gerakan revolusioner mereka dalam rangka melawan dan mengusir kaum penjajah (Belanda) dari bumi nusantara, dan dalam rangka menegakkan masyarakat tanpa kelas dari tirani kaum kapitalis.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Prof. Dr. H. Nasruddin Harabap. SU |
Uncontrolled Keywords: | Muhammad, Karl Marx, Masyarakat Tanpa Kelas |
Subjects: | Masyarakat Islam |
Divisions: | Fakultas Dakwah dan Komunikasi > Pengembangan Masyarakat Islam (S1) |
Depositing User: | Miftakhul Yazid Fuadi [staff it] |
Date Deposited: | 15 Jan 2016 16:03 |
Last Modified: | 15 Jan 2016 16:03 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18962 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |