SIHIR DALAM AL-QURAN (STUDI KOMPARASI TAFSIR AL-MANAR KARYA M. ABDUH DAN TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

USWATUN KHOERIYAH, NIM. 12530132 (2016) SIHIR DALAM AL-QURAN (STUDI KOMPARASI TAFSIR AL-MANAR KARYA M. ABDUH DAN TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (SIHIR DALAM AL-QURAN (STUDI KOMPARASI TAFSIR AL-MANAR KARYA M. ABDUH DAN TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB))
12530132_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text (SIHIR DALAM AL-QURAN (STUDI KOMPARASI TAFSIR AL-MANAR KARYA M. ABDUH DAN TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB))
12530132_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Sihir adalah sesuatu yang niscaya dan keberadaannya di zaman kontemporer ini masih memiliki eksistensinya terutama di kalangan orang-orang terbelakang menurut Abduh. Di Indonesia sendiri, khusunya di Jawa, sihir lebih dikenal dengan istilah-istilah santet, pellet, dan guna-guna yang kesemuanya merupakan tindakan-tindakan sirik menurut ajaran Islam dengan jalan meminta bantuan kepada selain Allah dan bertujuan mencelakakan orang lain. Sihir telah ada sejak zaman dahulu. Al-Quran pun banyak menyebutkan kisah-kisah yang berkaitan dengan sihir, seperti kisah Nabi Musa as, juga Nabi Muhammad yang dituduh sebagai tukang sihir karena mukjizat-mukjizatnya. Dalam kitab-kitab tafsir pun banyak diuraikan tentang hakikat sihir di antaranya disebutkan dalam kitab Tafsir al-Manar dan Tafsir al-Misbah. Dengan meneliti kdau kitab tafsir ini, diharapkan mampu mengungkap hakikat sihir dari perspektif kedua mufassir. Kedua kitab tafsir tersebut, yakni Tafsir al-Manar dan tafsir al-Misbah menjadi objek kajian penelitian yang penulis lakukan. Al-Manar sebagai kitab tafsir yang bercorak Adabi Ijtima’i memiliki karakteristik rasionalitas yang tinggi dalam penafsiranya serta cenderung menghindari pembahasan hal-hal gaib. Sedangkan al-Misbah sebagai tafsir yang lahir di Indonesia memiliki karakteristik tafsir bil ra’yi juga bil ma’tsur justru cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan penafsiran menggunakan rasionalitas tafsir. Dalam penelitian ini, penulis ingin mencari makna sihir menurut kedua pengarang kitab serta perbedaan dan persamaan penafsirna dari keduanya sehingga dapat memberikan gambaran yang utuh tentang tema sihir dalam al-Quran. Penelitian ini bersifat Library Research. Adapun teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah tematikkonseptual dengan cara mengumpulkan dan memahami ayat-ayat yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan sihir, lantas dikonstruksi menjadi sebuah konsep yang utuh, holistic dan sistematis. Abduh menjelaskan dalam tafsirnya bahwa sihir dapat dipelajari jika mengetahui trik yang ada di baliknya, beliau juga menjelaskan bahwa sihir merupakan suatu kejadian ilmiah seperti dalam kisah sihir pengikut Fir’aun yang menggunakan Hg (air raksa) sebagai penggerak tali temali yang dilemparkannya. Abduh juga menolak hadis yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad terkena sihir. Sedangkan al-Misbah mendifinisikan sihir sebagai suatu tipuan yang mengelabuhi penglihatan mata, tidak nyata dan tidak hakiki. Tetapi, berbeda dengan Abduh, Quraish Shihab lebih memilih jalan tengah dengan tetap mempercayai hakikat sihir serta pengaruhnya tetap dalam batas izin Allah swt. Dan bahwa memang telah ditakdirkan akal manusia yang terbatas tidak akan mampu memahami hal-hal gaib di luar nalarnya. Karena lemahnya manusia inilah Allah menurunkan doa sebagai penangkal gangguan makhluk halus dengan membaca surat mu’awidzatain.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Afdawaiza, S.Ag. M.Ag.
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 09 Sep 2016 09:32
Last Modified: 09 Sep 2016 09:32
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21957

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum