KEHIDUPAN PARA ABDI DALEM DI KASULTANAN YOGYAKARTA

SRI LESTARI - NIM. 04121902, (2009) KEHIDUPAN PARA ABDI DALEM DI KASULTANAN YOGYAKARTA. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (KEHIDUPAN PARA ABDI DALEM DI KASULTANAN YOGYAKARTA)
BAB I,V.pdf - Published Version

Download (893kB) | Preview
[img] Text (KEHIDUPAN PARA ABDI DALEM DI KASULTANAN YOGYAKARTA)
BAB II,III,IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (148kB)

Abstract

ABSTRAK Keraton Yogyakarta merupakan suatu tempat yang mempunyai makna filosofis, religius dan budaya. Kasultanan Yogyakarta merupakan kelanjutan dari Dinasti Mataram Islam setelah adanya Perjanjian Giyanti pada 1755. Setelah perjuangan gigih Kanjeng Pangeran Haryo Mangkubumi selama hampir delapan tahun yang terutama ditujukan kepada pemerintah Kompeni Belanda. Sebulan setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani, maka diresmikanlah berdirinya Kasultanan Yogyakarta dan selama satu tahun maka pembangunan keraton dapat selesai pada tahun 1756 masehi. Dalam menjalankan pemerintahannya, Kasultanan Yogyakarta antara lain dibantu para abdi dalem. Abdi dalem adalah status yang diberikan bagi para pegawai keraton yang mendapatkan tugas dari raja atau Sultan. Abdi dalem berdasarkan kedudukan dan pangkatnya dibedakan atas abdi dalem yang berpangkat luhur dan abdi dalem yang berpangkat rendah. Abdi dalem luhur ini adalah mereka yang berpangkat wêdana keatas sampai patih. Sedangkan mereka yang berpangkat jajar, bekel, sampai lurah digolongkan abdi dalem yang berpangkat rendah. Disamping itu, pemerintahan Kasultanan Yogyakarta dibantu oleh Nayaka Reh Jero dan Nayaka Reh Jaba. Nayaka Reh Jero terdiri 4 Kanayakan ialah Kanayakan Kaparak Kiwo dan Kaparak Tengen yang keduanya bertugas mengurus yayasan, pekerjaan umum dan pesuruh Sri Sultan. Sedangkan dua buah Kanayakan yang lain ialah Kanayakan Gedhong Kiwo dan Kanayakan Gedhong Tengen yang keduanya mengurusi hasil bumi dan keuangan keratin. Selain itu Sultan Dibantu oleh Tepas-tepas yang bertugas mengurusi abdi dalem. Pengangkatan abdi dalem keraton ditangani oleh Tepas Kawêdanan Magang yang merupakan sub bagian Parentah Hageng Keraton. Abdi dalem dapat mengajukan anak, cucu dan kemenakannya sebagai calon abdi dalem di Kasultanan Yogyakarta. Pangkat yang diperoleh bagi seseorang yang ingin menjadi abdi dalem terlebih dahulu harus menjadi pegawai yang disebut magang sebelum mendapatkan pangkat Jajar. Jajar adalah pangkat terendah bagi abdi dalem. Fokus penelitian ini adalah kehidupan para abdi dalem di Kasultanan Yogyakarta yang bekerja menjadi pegawai keraton bukan hanya untuk mendapatkan gaji atau pepethan tetapi lebih kepada pencarian ketentraman dan kebahagiaan hati dengan mengabdi kepada Sultan atau raja dan perilaku kehidupan para abdi dalem baik keagamaan, sosial maupun keberadaan mereka di keraton. Problem pokok penelitian ini adalah mengapa para abdi dalem masih tetap memiliki loyalitas pengabdian yang tinggi terhadap keraton. Faktor apa saja yang menjadi pendukung loyalitas mereka. Selanjutnya akan ditelusuri melalui perumusan masalah: Bagaimana kehidupan keagamaan dan kehidupan sosial para abdi dalem tersebut. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan metode sampling model snowball. Dalam metode ini data yang diperoleh tidak hanya dari informan yang berasal dari abdi dalem, tetapi dapat juga diperoleh dari sumber lain seperti dari para Tepas yang mengurusi para abdi dalem.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: PEMBIMBING: H. MUNDZIRIN YUSUF, M.SI
Uncontrolled Keywords: Keraton Yogyakarta, abdi dalem, Nayaka Reh Jero, Nayaka Reh Jaba
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 09 Aug 2012 18:04
Last Modified: 21 Dec 2016 10:15
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2692

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum