SAINS DALAM ISLAM(Studi atas Pemikiran Mehdi Golsbani)

MAHMUD NASIR, NIM: 01510472 (2006) SAINS DALAM ISLAM(Studi atas Pemikiran Mehdi Golsbani). Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (SAINS DALAM ISLAM (Studi atas Pemikiran Mehdi Golsbani))
01510472_BAB_I_BAB_TERAKHIR_DAFTAR_PUSTAKA.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text (SAINS DALAM ISLAM (Studi atas Pemikiran Mehdi Golsbani))
01510472_BAB_II_S.D_BAB_SEBELUM_TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (11MB)

Abstract

Sains, sebagai disiplin keilmuan yang berdiri sendiri, menelaah obyek kajiannya mengenai dunia yang tampak, dan dipelajari dengan metode-metode intelektual-rasional melalui kegiatan pengamatan dan observasi. Hal ini berbeda dengan agama yang menelaah obyek kajiannya mengenai alam metafisik dengan melalui peran hati atau kalbu, sehingga dianggap bersifat irrasional dalam mengungkapkan kebenaran yang hakiki. Meskipun antara sains dan agama mempunyai obyek kajian masing-masing, namun keduanya dapat saling melengkapi. Sebagai contoh, munculnya sebuah wacana sains dalam Islam menunjukkan adanya hubungan yang terjalin di antara keduanya. Dalam hal ini, menjadi sebuah keniscayaan jika keduanya mempunyai relevansi, terlebih keberadaan keduanya mengundang diskursus yang sangat panjang. Berangkat dari penjelasan di atas, penulis akan memotret tokoh yang representatif dalam merespon masalah tersebut, yaitu Mehdi Golshani. Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan dan menganalisis bangunan pemikirannya berkaitan dengan sains dalam Islam. Sehingga, dari sini akan ditemukan wacana yang konstruktif sebagai jawaban atas problematika sains dan agama dan ditemukan pola hubungan yang terjalin di antara keduanya. Golshani, sebagai fisikawan yang mengkaji filsafat sains dengan basis keagamaan yang kuat, merespon masalah sains dan agama tidak secara superfisial saja, terlebih dengan menanggapi atas adanya fakta bahwa sains itu bebas nilai (free value). Menurut Golshani, sains sarat dengan nilai, terutama pada asumsi-asumsi yang mendasarinya. Karena, persoalan yang muncul pada sains dalam Islam tidak terlepas dari nilai-nilai keuniversalan Islam. Nilai-nilai tersebut secara garis besarnya tercermin dari dua landasan, yakni landasan agama dan landasan filosofis yang saling berintegrasi. Jelasnya, pertama, pada dimensi metafisik yaitu mengenai obyek sains dalam perumusan teoritisnya tidak terlepas dari pra-anggapan atau pandangan dunia (world view) keagamaan sang ilmuan. Kedua, dimensi epitemologi, yaitu rnetode keilrnuan pada dasarnya telah tercermin dalam Kitab Suci (al-Qur'an). Dan ketiga, terletak pada dimensi moral yang menekankan pada maslahat-mudharat antara wilayah teori dan penerapan sains. Atas dasar itulah, perlu diupayakan terbentuknya sains yang sesuai dengan tuntutan peradaban dunia, termasuk dunia Islam. Absolutisme sains modern yang berwajah positivistik, empirisisrne, dan pragmatisme, karena Islam secara radikal menentang pendekatan materialisme. Selanjutnya, bagi Golshani, hal ini bukan berarti membatasi ruang lingkup kerja keilmuan (sains) secara empiris, dan ia mengatakan dalam keadaan seperti ini perlu adanya perumusan sains yang mengantarkan kedekatan manusia kepada Tuhan dan mencari Ridha-Nya sebagai tujuan utamanya. Maka, menurut Golshani, antara sains dan agama (Islam) telah terjadi hubungan integratif Dengan demikian, agama dapat menjadi dasar untuk kerja sains dan terjalinnya hubungan di antara keduanya tetap dalam tujuan yang sama, yaitu mengungkap rahasia-rahasia Tuhan dalam fenomena alam melalui kerja teori ilmiah.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Prof.Dr.H.M.Amin Abdullah - Alim Roswantoro, M.Ag.
Subjects: Sains Dalam Islam
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 08 Aug 2019 12:59
Last Modified: 08 Aug 2019 12:59
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36256

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum