PANDANGAN IBNU SINA DAN IBNU RUSYD TENTANG RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI

Muhammad Iqbal Maulana, NIM: 16205010084 (2020) PANDANGAN IBNU SINA DAN IBNU RUSYD TENTANG RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (PANDANGAN IBNU SINA DAN IBNU RUSYD TENTANG RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI) 16205010084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf Download (4MB) | Preview
	Text (PANDANGAN IBNU SINA DAN IBNU RUSYD TENTANG RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI) 16205010084_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB) | Request a copy

Abstract

Pembahasan tentang relasi perempuan dan laki-laki dalam kajian filsafat Islam khususnya dalam pemikiran tokoh masih sedikit dilakukan. Berbeda dengan kajian persepektif tafsir, fiqih, maupun tasawuf yang telah banyak ditemukan pembahasan dan ulasannya. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk menulis karya ini. Dalam karya ini, penulis mengkaji dan mengulas pemikiran tokoh filsafat Islam yaitu Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd tentang relasi perempuan dan laki-laki. Selama ini, Ibnu Sina maupun Ibnu Rusyd dianggap memberi kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan pemikiran filsafat. Pemikiran filsafat mereka, selalu dikaji dan diulas, dan diskusikan baik dalam dialog, forum, maupun dalam studi pembelajaran filsafat Islam. Namun, pemikiran mereka tentang relasi perempuan dan laki-laki luput dari kajian tersebut. Padahal dalam karya-karya filsafat praktis mereka dapat ditemui pemikiran dan pandangannya mengenai hal tersebut. Adapun karya-karya keduanya tersebut adalah Ibnu Sina: Kita>b al-Siya>sah>, Sala>ma>n wa Absa>l, dan Al-Syifa’, Ibnu Rusyd: Ad}-D}aru>ri> fi as-Siya>sah Mukhtas{ar Kita>b as-Siya>sah li Afla>t}a>n dan Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtas}id. Dengan pembacaan yang intensif terhadap karya-karya tersebut, penulis dapat mengambil poin penting dari pandangan mereka tentang relasi perempuan dan laki-laki. Oleh sebab itu, untuk melihat bagaimana pandangan mereka tentang relasi tersebut, penulis menggunakan teori gender sebagai pisau untuk membedah dan menganalisa pandangan mereka. Penulis berkesimpulan bahwa pandangan dan pemikiran Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd tentang relasi perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan. Ibnu Sina memberikan superioritas terhadap laki-laki dibandingkan perempuan. Superioritas tersebut dapat dilihat dari pandangannya bahwa laki-lakilah yang seharusnya tampil dalam ruang publik dan layak menjadi seorang pemimpin, berbeda dengan perempuan yang merupakan sumber amarah, dan makhluk mudah tertipu, sehingga bagi Ibnu Sina perempuan tidak diperbolehkan untuk tampil dalam ruang publik dan pemimpin. Ibnu Rusyd memandang relasi tersebut, dengan pandangannya kesetaraan. Ia tidak membedakan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan. oleh sebab itu bagi Ibnu Rusyd, sama halnya dengan laki-laki yang dapat menggunakan daya akalnya, maka perempuan pun pantas menjadi seorang pemimpin. Adapun hal-hal yang menyebabkan pemikiran keduanya berbeda adalah Ibnu Sina dalam menjelaskan pandangan relasinya, ia menggambarkan dikotomi antara subyek dan obyek dalam hubungan perempuan dan laki-laki. Pandangan dikotomis ini berupa laki-laki sebagai subyek, sedangkan perempuan sebagai obyek, di mana yang satu mensubordinasi yang lain. Selain itu pembacaan atas pemikiran Aristoteles memberikan pengaruh terhadap pandangannya. Berbeda dengan Ibnu Sina, Ibnu Rusyd yang memandang relasi perempuan dan laki-laki dengan tiga hal yaitu persamaaan, yakni perempuan memiliki sisi persamaan seperti laki-laki yaitu segi kemampuan akalnya, maqa>s}id al-Syari>’ah, dan dari sisi kehidupan manusia. Selain itu, Ibnu Rusyd cenderung lebih setuju dengan sikap Plato, yang lebih menekankan unsur kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item