AJARAN KEJIWAAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP AGAMA (Studi Tentang Organisasi Kejiwaan Paguyuban Ngesti Tunggal Cabang Yogyakarta)

Adha Ginanjar, NIM. 16520040 (2021) AJARAN KEJIWAAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP AGAMA (Studi Tentang Organisasi Kejiwaan Paguyuban Ngesti Tunggal Cabang Yogyakarta). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (AJARAN KEJIWAAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP AGAMA (Studi Tentang Organisasi Kejiwaan Paguyuban Ngesti Tunggal Cabang Yogyakarta)) 16520040_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview
	Text (AJARAN KEJIWAAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP AGAMA (Studi Tentang Organisasi Kejiwaan Paguyuban Ngesti Tunggal Cabang Yogyakarta)) 16520040_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (3MB)

Abstract

Agama menempati posisi yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia hal ini dikarenakan agama mempunyai jiwa yang membuatnya tetap hidup dan berkembang melalui aktifitas para penganutnya. Pangestu adalah sebuah organisasi kejiwaan yang sangat menekankan kepada pengolahan dan pemeliharaan jiwa. Hal ini penting karena Pangestu sendiri oleh pendirinya diibaratkan sebagai fakultas Psikologi yang bertujuan untuk membimbing manusia yang telah salah langkah untuk kembali menuju Tuhan melalui pembelajaran kejiwaan. Penelitian ini mencoba menganalisis relevansi ajaran kejiwaan Pangestu terhadap kehidupan umat beragama. Penelitian ini membahas dua masalah utama yaitu bagaimana posisi ajaran Pangestu dalam kehidupan umat beragama dan bagaimana konsep jiwa serta relevansi ajaran kejiwaan Pangestu terhadap agama. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang berlokasi di Yogyakarta, Yogyakarta dipilih karena merupakan lokasi objek penelitian. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu wawancara (indept interview), observasi dan dokumentasi. Teori yang dipakai untuk menganalisis hasil penelitian ini adalah teori fakulti dari G. M. Starton yang mengatakan bahwa perilaku beragama seseorang tidak dapat terlepas dari kondisi mental atau kejiwaannya. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi keberagamaan seseorang dapat terbentuk yaitu cipta (reason), rasa (emotion) dan karsa (will). Ketiga faktor tersebut kemudian diaplikasikan dalam penelitian ini untuk kemudian dibuktikan. Penelitian ini menemukan beberapa fakta bahwa pertama, Posisi ajaran Pangestu di dalam umat beragama adalah sebagai wadah untuk mengingatkan dan membimbing manusia yang telah salah langkah untuk kembali ke jalan yang benar yakni ‘agama. Hal tersebut dijelaskan dalam kitab Sasangka Jati bahwa tujuan Sang Guru Sejati menyampaikan wahyu kepada R. Soenarto adalah bukan untuk merusak atau mengganti agama yang sudah ada, juga bukan untuk mendirikan sebuah agama baru. Dia hanya menunjukan jalan yang benar. Kedua, konsep jiwa menurut Pangestu meliputi tiga bagian yaitu: a) badan jasmani kasar (panca indera), b) badan jasmani halus (angan-angan, perasaan, empat nafsu: amarah, sufiah, lawammah, mutmainnah) dan c) alam Tuhan (Tripurusa), tetapi Pangestu lebih berfokus untuk mengolah badan jasmani halus manusia. Ketiga, relevansi ajaran kejiwaan Pangestu terhadap agama adalah Pangestu mencoba merumuskan kembali hakikat kehidupan beragama manusia melalui kacamata mistisisme yaitu bersatunya kembali seorang hamba dengan Tuhan. Kondisi tersebut dapat dicapai ketika seseorang telah berhasil mengolah jiwanya dengan benar yaitu dengan menjadi pribadi yang sadar, percaya, dan taat kepada Tuhan. Ketiga pribadi tersebut merupakan syarat agar seseorang dapat mencapai kondisi ‘Aku Yang Luhur, kemudian setelah itu barulah ia akan dapat mencapai alam Tuhan (Tripurusa) dan menyatu dengan-Nya.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item