SYAITAN DALAM AL-QUR'AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU)

Sa'adatun Nisail Ulya, NIM.: 12530131 (2019) SYAITAN DALAM AL-QUR'AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (SYAITAN DALAM AL-QUR'AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU))
12530131_BAB-I_V_DAFTAR-PUSTAKA1.pdf - Published Version

Download (9MB) | Preview
[img] Text (SYAITAN DALAM AL-QUR'AN (KAJIAN SEMANTK TOSHIHIKO IZUTSU))
12530131_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (7MB) | Request a copy

Abstract

Kata syaitan diartikan sebagai makhluk yang menjauhkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Di dalam al-Qur’an kata tersebut disebutkan sebanyak 88 kali ayat 36 surat dengan berbagai bentuk derivasinya. Pada zaman sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad saw, dimana tidak adanya pegangan hidup sehingga tindakan masyarakat tidak berdasarkan moral kemanusiaan dan hilangnya ketauhidan bangsa Arab. Sedangkan jahiliyah pada masa al-Qur’an hingga masa modern adalah kondisi psikologis yang menolak adanya petunjuk atau kebenaran dari Allah. Sehingga, di zaman era sekarang masih banyak yang melakukan perbuatan-perbuatan tercela. Berangkat dari hal tersebut penelitian ini menggunakan metode baru dalam mengkaji tema syaitan yakni dengan menggunakan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu. Dalam pendekatan ini terdapat tiga fokus utama dalam sebuah kajian yaitu (1) makna dasar dan makna relasional (2) sinkronik dan diakronik, yang meliputi periode pra Qur’anik, Qur’anik, dan pasca Qur’anik dan (3) Weltanschauung. Penelitian ini termasuk penelitian library reseach dengan sumber primer al-Qur’an dan terjemahnya. Sedangkan sumber sekundernya adalah Lisan al-‘Arab, Mu’jam Mufahras Li Alfaẓi al-Qur’an al-Karim, Mufradat Fi Garib al-Qur’an, dan kamus-kamus al-Qur’an. Selain itu juga ada kitab tafsir, dan buku-buku pendukung lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, bahwa makna dasar dari kata syaitan ialah jauh atau menjauhkan. Sedangkan makna relasional, makna syaitan berubah ketika bersanding dengan kata ‘Aduw memiliki makna musuh Nabi (manusia), bersanding dengan Nazaga memiliki arti penganggu atau penggoda, bersanding dengan kata Mass yang memiliki makna menyentuh, bersanding dengan kata Waswasa, yang memiliki arti bisikan dalam pikiran, dan jika bersanding dengan kata Hamz memiliki arti bisikan dalam hati. Ketika disandingkan dengan kata Auliya dan Wali memiliki makna pemimpin dan teman, ketika bersanding dengan kata Qarin memiliki arti teman yang selalu menyertai, ketika bersanding dengan kata Ikhwan memiliki arti persaudaraan. Jika disandingkan dengan kata Ḍalla mempunyai arti menyesatkan, saat bersanding dengan kata Nisyan memiliki arti lupa, ketika bersanding dengan Rajim memiliki arti terkutuk. Ketika disandingkan dengan kata Marid mempunyai arti durhaka, ketika bersanding dengan kata Gurur memiliki makna penipuan. Kata Syaiṭān yang dimaknai makhluk halus bermanfaat bagi perdukunan, kini pada periode pasca Qur’anik mengalami perkembangan makna tanpa meninggalkan makna yang sudah ada pada periode pra Qur’anik dan Qur’anik, yaitu perbuatan yang menyimpang, melampaui batas, mengajak serta melakukan kekufuran serta dipahami sebagai virus atau kumankuman penyakit yang ada di dalam diri manusia.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Drs. Mohamad Yusup, M.SI.
Uncontrolled Keywords: syaitan; Toshihiko Izutsu; semantik; pra Qur'anik
Subjects: Tafsir Al-Qur'an
al Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Muchti Nurhidaya edt
Date Deposited: 16 Feb 2022 14:19
Last Modified: 16 Feb 2022 14:19
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49024

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum