STRUKTUR SOSIAL KEBERAGAMAAN PEMELUK ISLAM DI INDONESIA

MULKHAN, ABDUL MUNIR (2001) STRUKTUR SOSIAL KEBERAGAMAAN PEMELUK ISLAM DI INDONESIA. Al Jamiah, Vol.39 (No.2). pp. 392-413. ISSN 2338-557X

[img]
Preview
Text (STRUKTUR SOSIAL KEBERAGAMAAN PEMELUK ISLAM DI INDONESIA)
07. ABDUL MUNIR MULKHAN - STRUKTUR SOSIAL KEBERAGAMAAN PEMELUK ISLAM DI INDONESIA.pdf - Published Version

Download (9MB) | Preview

Abstract

Stuktur sosial pemeluk Islam menunjuk bagaimana Islam membentuk suatu komunitas dengan pola keberagamaan yang bisa berbeda dari norma yang diyakini. Praktek Islam nampak berbeda antara seseorang dan sebuah komunitas dari lainnya yang terus berubah searah perubahan zaman. Dari sini bisa dilihat Islam diterima dan berkembang pada suatu kawasan yang tidak demikian di tempat lainnya. Islam di Indonesia memang dipeluk lebih dari 87% penduduk, namun belum memberik dukungan signifikan pada gerakan dan partai Islam. Hal ini merupakan akibat ketidaksesuaian program organisasi ini dengan kepentingan umat yang mayoritas tinggal di pedesaan, pendidikan rendah, buruh, petani, dan umumnya miskin. Disinilah pentingnya realitas sosial Islam itu akan menjelaskan cara keagamaan mayoritas umat yang berbeda-beda sesuai pola hidup, sejarah dan lingkungan sosialnya. Sebagian beribafah sesuai syariah, selain sebagai kewajiban, juga untuk mencari ridha Allah agar nasibnya berubah lebih baik. Kegiatan ibadah dilakukan bagi banyak tujuan; sukses panen atau dagang, lulus ujian, selamat perjalanan, memperoleh jabatan, atau mesin pabriknya bekerja baik. Setiap umat memiliki beragam tujuan atau orientasi ketika mereka melakukan kegiatan ritual ibadah. Perbedaan orientasi ibadah; magis atau etis, adalah fungsi struktur sosial (kelas); pekerjaan dan pendidikan. Umat yang miskin dan berpendidikan rendah, lebih tertarik keagamaan magis. Pedagang dan pengrajin yang kaya dan berpendidikan lebih tinggi beragama secara etis. Ke-magis-an ialah beribadah agar Tuhan berkenan mengubah nasibnya, dan yang etis beribadah secara ikhlas hanya memenuhi kewajiban. Sturktur sosial mengandaikan pembagian fungsi dan wewenang sebagai variabel penting keberagamaan. Fungsi dan wewenang ditentukan oleh kemampuan ekonomi dan penguasaan pengetahuan. Umat dan warga terbagi berdasar fungsi dan wewenang sosial dan keagamaannya ini. Kiai dan ulama dengan pengetahuan agamanya yang lebih atau orang yang mampu memimpin, mempunyai fungsi dan wewenang berbeda dari lainnya. Nabi dan rasul, sahabat, mutakalimin, mufassir, dan fuqaha, memiliki fungsi dan wewenang keagamaan yang khas. Seringkali mereka dipercayai doanya lebih diterima oleh Tuhan. Ulama atau Kiai dan pemimpin organisasi Islam seringkali berfungsi sebagai pusat orientasi dan kehidupan sosial umat. sementara kiai atau ulama dan elite tumbuh di dalam kehidupan sosial, sehingga keagamaan dan sosialitas berhubungan secara dialektik. b

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Struktur, Sosial, Keberagamaan, Pemeluk, Islam, Indonesia
Subjects: Aliran Dalam Islam
Al Jamiah Jurnal
Divisions: Jurnal > 4. Al Jami’ah
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 04 Apr 2013 16:56
Last Modified: 17 Nov 2017 14:26
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum