ANALISIS BAHAN ADITIF PADA TAHU KUNING DAN TINJAUAN ISLAM

FARIDA NURBAETI, NIM 99454352 (2004) ANALISIS BAHAN ADITIF PADA TAHU KUNING DAN TINJAUAN ISLAM. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (ANALISIS BAHAN ADITIF PADA TAHU KUNING DAN TINJAUAN ISLAM)
99454352_BAB I_BAB V_DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (ANALISIS BAHAN ADITIF PADA TAHU KUNING DAN TINJAUAN ISLAM)
99454352_BAB II_BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (8MB)

Abstract

Penggunaan bahan terlarang untuk mengawetkan produk pangan sampai hari ini masih banyak dijumpai. Salah satunya adalah penggunaan fom1alin untuk rnernperpanjang urnur sirnpan tahu, dan bahkan disinyalir pula bahwa formalin dipergunakan untuk mengawetkan daging ayam segar oleh sementara pedagang (sumber: Muchtadi & Puspitasari, 1997). Hasil survei pada tahun 1993 yang lalu rnenunjukkan bahwa di DKI Jakarta, 2 dari 7 pasar swalayan (29%), dan 8 dari 14 pedagang di pasar tradisional (57%) menjual tahu berformalin, dengan kadar 1,25 s/d 3,86 miligram per 100 gram tahu. Fonnalin memang terbukti mampu memperpanjang umur sirnpan tahu, seperti dibuktikan oelh hasil penelitian Winarno tahun 1978 berikut ini: perendaman dalam Iarutan formalin 2% selama 3 menit saja, terbuk'ii mampu mernperpanjang umur simpan tahu sampi 4-5 hari, sedangkan tahu yang direndam air hanya mampu bertahan 1-2 hari. Yang menjadi masalah formalin bukan merupakan BTP - Bahan Tambahan Pangan (food additive). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Men.Kes/Per/lX/88 formalin dilarang untuk digunakan dalam makanan maupun minuman. Bahkan 84 tahun sebelum terbitnya peraturan di Indonesia tersebut, penggunaan formalin dalam makanan atau minuman telah dilarang di Amerika Serikat. Mengapa penggunaan formalin dilarang? Formalin adalah larutan 30 s/d 40% fonnaldehid dalam air. Sebenarnya formalin lebih sesuai dipergunakan sebagai antiseptik untuk membunuh bakteri dan kapang, terutama untuk menyucikan peralatan kedok'teran, dan mengawetkan sepsimen biologi, termasuk mayat manusia. Berdasarkan berbagai penelitian disimpulkan bahwa formalin tergolong sebagai karsinogen, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan timbulnya kanker. Padahal sudah menjadi kesepakatan umum di kalangan para ahli pangan bahwa semua bahan yang terbukti bersifat karsinogenik tidak boleh dipergunakan dalam makanan maupun minuman. Di Amerika Serikat prinsip ini dikenal dengan nama Delaney Clause. Sebenarnya beberapa alternatif untuk pengawetan tahu telah dikembangkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh IPB (Institut Pertanian Bogor) direkomendasikan bahwa untuk mendapatkan umur simpan 5 hari atu lebih tahu dapt diawetkan dengan pengasapan (24 jam), atau direndam dalam larutan garam 4% yang diasamkan dengan asam cuka. (BW)

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Susy Yunita P, M.Si
Uncontrolled Keywords: pendidikan, kimia, tahu kuning, Islam
Subjects: Pendidikan Kimia
Divisions: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan > Pendidikan Kimia (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 31 Oct 2023 12:55
Last Modified: 03 Nov 2023 08:55
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62050

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum