METODE PEMAHAMAN HADIS MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PP MUHAMMADIYAH DALAM PENETAPAN FIKIH AIR

Aliya Izet Bigovic, NIM.: 20105050012 (2024) METODE PEMAHAMAN HADIS MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PP MUHAMMADIYAH DALAM PENETAPAN FIKIH AIR. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (METODE PEMAHAMAN HADIS MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PP MUHAMMADIYAH DALAM PENETAPAN FIKIH AIR) 20105050012_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview
	Text (METODE PEMAHAMAN HADIS MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PP MUHAMMADIYAH DALAM PENETAPAN FIKIH AIR) 20105050012_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (10MB) | Request a copy

Abstract

Krisis air yang semakin memprihatinkan mendorong Majelis Tarjih Muhammadiyah untuk menggagas putusan fikih air guna memberikan panduan hukum dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dalam rangka memahami landasan hukum fikih air, pemahaman yang mendalam terhadap hadis sebagai salah satu sumber hukum Islam menjadi krusial. Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Metode Pemahaman Hadis Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Dalam Penetapan Fikih Air” ini bertujuan untuk mengungkap metode pemahaman hadis yang diterapkan oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam konteks putusan fikih air, bagaimana kualitas hadis yang digunakan Majelis Tarjih dan Tajdid Majelis Tarjih untuk dijadikan landasan berhukum, dan bagaimana konsistensi Majelis Tarjih dalam kualitas penggunaan hadis pada fikih air. Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui sistem kajian pustaka (library research) dengan fokus pada ilmu ma'anil hadis. Pemilihan metode ini dilakukan untuk merinci proses pemahaman hadis yang diadopsi oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah. Fikih air dibangun melalui kerangka fikih metode asumsi hirarkis yang terdiri dari tiga tahapan utama: pertama, al-Qiyam al-Asaasiyah, yang mengacu pada prinsip-prinsip dasar fikih yang mengatur masalah air; kedua, al-Ushul al-Kulliyah, yang melibatkan penerapan prinsip-prinsip umum fikih yang berlaku dalam situasi umum terhadap permasalahan air; dan ketiga, al-Ahkam al-Far'iyah, yang berfokus pada penerapan hukum-hukum fikih khusus yang berkaitan dengan air, seperti masalah air yang tercemar. Dengan menggunakan metode ini, majelis tarjih dapat menghasilkan keputusan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip fikih yang kuat dan relevan dengan konteks zaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Majelis Tarjih dalam putusan fikih air menggunakan Al Qur’an dan hadis sebagai dasar hukumnya. Pada aspek hadis, Majelis Tarjih menyepakati hanya mengambil hadis sahih dan hasan yang dapat dijadikan hujjah. Dari enam belas hadis keseluruhan, sembilan diantaranya telah disepakati sahih karena diambil dari riwayat Bukhari-Muslim. Tujuh hadis sisanya memiliki kualitas Sahih, hasan dan dha’if. Namun, hadis dha’if yang ada terangkat derajatnya menjadi hasan lighairihi oleh jalur lain. Sehingga hadis yang digunakan oleh Majelis Tarjih dalam fikih air memiliki kualitas yang masuk dalam kriteria sunnah maqbulah (Sahih dan/atau hasan). Dengan demikian, maka Majelis Tarjih konsisten menerapkan kriteria sunnah maqbulah dalam pengambilan hadis sebagai dasar hukum. Adapun pada aspek pemahaman teks keagamaan, Majelis tarjih menggunakan metode asumsi integralistik yang bekerja dengan mengumpulkan dalil agama baik dari al Qur’an dan hadis, maupun dalil empiris yang bersumber dari ilmu pengetahuan umum. Dengan pemahaman melalui tiga elemen dalil tadi, dapat dilihat corak pemahaman Majelis Tarjih dalam memahami hadis, berusaha menginterkoneksikan pemahaman teks agama (hadis) dengan ilmu pengetahuan umum ataupun sains.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item