SULUK DALAM SYI’IR TANPA WATON (MAKNA DAN RELEVANSI PADA KONTEKS KEKINIAN)

SITI MASLAKHAH, NIM. 12510057 (2016) SULUK DALAM SYI’IR TANPA WATON (MAKNA DAN RELEVANSI PADA KONTEKS KEKINIAN). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (SULUK DALAM SYI’IR TANPA WATON (MAKNA DAN RELEVANSI PADA KONTEKS KEKINIAN))
12510057_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (SULUK DALAM SYI’IR TANPA WATON (MAKNA DAN RELEVANSI PADA KONTEKS KEKINIAN))
12510057_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Syi’ir Tanpa Waton Karya K.H. Mohammad Nizam As-shofa merupakan syi’ir sufistik sebagai ihtiar kultural terhadap problem realita umat Islam yang mudah memvonis kafir tanpa menyadari kekafiran diri sendiri sebagai shalawat penutup setiap ahir kajian Reboan Agung (kajian rutin setiap malam rabu kitab Jamī’ al-uṣul fi al-uliyā’ karya Syaikh Ahmad Dhiya’uddin Musthofa Al- Kamisykhonawi) & kitab Al-Fatḥurrabbani wa al-Faiḍurrahmani karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani bertempat di ponpes Ahlus-Shofa Wal Wafa Sidoarjo Jawa Timur. Adanya penelitian ini berdasar pada problem kehampaan spiritual karena dampak negatif dari modernisasi dan dangkalnya pemahaman ajaran islam yang hanya pada taraf syariat tanpa tarekat, hakikat dan makrifat. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan pendekatan kualitatif. Bertujuan menganalisis pesan atau amanat yang terkandung dalam karya sastra yang bersifat simbolik kemudian mengklasifikasi pokok-pokok pikiran secara tematik dan menyeleksi tema-tema tersebut untuk menemukan ide sentral dari teks. Secara subtantif dari bait-bait yang ditulis terstruktur mulai dari ajaran memahami Islam secara komperhensif, ajaran kesadaran diri, ajaran kesalihan sosial (humanisme) dan ajaran tasawuf yang salah satunya memuat laku suluk. Suluk dalam Syi’ir Tanpa Waton yang terdiri dari suluk kecil (khalwat fi al-khalwat) dan suluk besar (khalwat fi al-jalwat) merupakan bentuk/varian dari suluk itu sendiri. Sedangkan suluk Nafs/penyucian jiwa dan suluk Qalb/ penyucian hati disebut (Takhalli/purgativa) kemudian pengosongan sirr (Tahalli/contemplative) selanjutnya pencerahan ruh (Tajalli/Illuminativa) merupakan sebuah proses atau tahapan yang harus dilalui dalam bentuk suluk tersebut dimana suluk kecil dan suluk besar tadi ada pada suluk Qalb (Takhalli/purgativa) dan pengosongan sirr (Tahalli/contemplative). Suluk dalam konteks kekinian sangat kondusif bagi ketenangan jiwa menghadapi dampak negatif modernisasi dan krisis spiritual manusia modern dengan mengasingkan diri (qalb/jasad) dari keramaian merupakan simbol taqarrub ilallāh mempersenjatai diri dengan nilai-nilai rohaniyah untuk tidak bergantung pada siapapun selain kepada Allah SWT sehingga mengkonstruk pribadi yang tenang, sabar, aktif, produktif, mengukuhkan kemandirian, mempunyai konsistensi, integritas dan jati diri.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. H. Fahruddin Faiz, M. Hum
Subjects: Filsafat Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Filsafat Agama (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 19 Oct 2016 07:37
Last Modified: 19 Oct 2016 07:37
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22537

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum