AL ISTIGHNA' 'AN AL FA'IL FI AYAT MAWQA' AL QIYAMAH (Dirasah Tahliliyyah Uslubiyyah)

Muhammad Jawis, NIM.: 99112474 (2004) AL ISTIGHNA' 'AN AL FA'IL FI AYAT MAWQA' AL QIYAMAH (Dirasah Tahliliyyah Uslubiyyah). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (AL ISTIGHNA' 'AN AL FA'IL FI AYAT MAWQA' AL QIYAMAH (Dirasah Tahliliyyah Uslubiyyah)) 99112474_BAB I_BAB PENUTUP dan DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (20MB) | Preview
	Text (AL ISTIGHNA' 'AN AL FA'IL FI AYAT MAWQA' AL QIYAMAH (Dirasah Tahliliyyah Uslubiyyah)) 99112474_BAB II sampai BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (16MB) | Request a copy

Abstract

Al-Quran sebagai kitab suci telah memberikan gambaran dan penjelasan tentang segala hal baik yang nyata maupun yang gaib. Bahkan, Al-Qur'an dapat memberikan gambaran tentang hal-hal yang belum terjadi. Manusia sebagai penerima wahyu diberi kewenangan untuk: dapat memberikan penafsiran dan pemaknaan. Pada posisi inilah Al-Qur'an harus dapat diposisikan sebagai teks yang bebas. Searah dengan proses kejadian alam dari tidak ada menjadi ada, kemudian mengalami kehancuran (kiamat), Al-Qur'an pun memberikan ruang tersendiri untuk mengungkap proses ini. Di dalam Al-Qur'an banyak ditemukan ayat-ayat mengenai hari kiamat baik itu dengan penyebutan namanya yang sangat banyak, peristiwa yang mengiringi kedatangannya, maupun balasan amal yang ada sesudahnya. Dalam hal peristiwa-peristiwa kehancuran alam yang mengiringi hari kiamat, Al-Qur'an hanya mengkonsentrasikannya pada langit, bumi, matahari, bulan, bintang, planet, gunung, dan laut. Setelah diadakan pengumpulan terhadap ayat-ayat ini ditemukan adanya pembuangan pelaku asli. Pembuangan pelaku asli ini selanjutnya disebut dengan al-istighna' 'anil fa'il. Yang dimaksudkan pembuangan pelaku disini adalah peniadaan fail (Subjek) asli (Allah), bukan fail dalam konsep Nahwu atau tarkibul jumlah. Kejadian hari kiamat yang dimaksud adalah kejadian hari kiamat yang dimulai dengan peniupan sangkakala dan kehancuran alam dalam hal ini langit, bumi dan segala isinya, bukan manusia. Dari infentarisasi ayat, terdapat tiga kelompok besar ayat dengan pola berbeda. Pertama, pola kalimat mabni lil majhul (kalimat pasif). Pada pola ini secara jelas fail ditiadakan dari tarkihul jumlah. Maf'ul (objek) yang ada kemudian dipindahkan pada posisi fail dan disebut denga naibul fa 'ii (pengganti fa 'ii). Pola inilah yang paling banyak ditemukan. Kedua, auzan af'alil muthawa 'ah. Pada pola ini fa 'il memang dimunculkan dalam tarkibul jumlah, hanya saja fa 'il ini sebenarnya maf'ul. Artinya, subyek yang muncul secara nahwiah bukanlah merupakan subyek asli dalam pandangan maknawi. Ketiga, isnad majazi. Sama dengan pola kedua, hanya saja pada pola ini maf'ul diberi kemanpuan rnutlak tetapi tidak akan mungkin benda rnati dapat rnelakukan perbuatan sebagai benda hidup (personifikasi). Ketiga pola ini -dengan ciri dan modelnya dan tanpa harus menghilangkan kekhususannya- merucut menjadi satu pada pol a al-istighna' 'a nil fa 'ii. Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji bentuk-bentuk tersebut adalah ilmu uslub (stilistika) kerena kajian ini dapat rnenberikan penjelasan terhadap keterkaitan bentuk teks dengan makna. Titik berat pengkajian ini terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa guna meneliti efek estetis bahasa, sehingga dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna. Kesimpulan yang dapat diambil adalah makna-makna penegasan pada sebuah peristiwa tanpa harus mempermasalahkan pelakunya karena tidak ada urgensi kesana. Terlebih dari itu ketiga pola al-istighna' 'anil fa 'il tersebut memiliki kekhususan sendiri-sendiri.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item